"Ini namanya sawur."
"Sawur? Apa itu, Mbak."
"Ya, sawur. Nanti disawur di sepanjang jalan menuju makam. Isinya beras kuning, kembang, dan uang koin delapanpuluh dua keping, sesuai umur almarhum."
"Apa artinya beras kuning, uang koin, dan kembang itu, Mbak?"
"Beras kuning ini lambang kesehatan dan kesuburan. Â Uang koin lambang sedekah, amal perbuatan almarhum sepanjang usia hidupnya. Kembang ini melambangkan kehormatan. Kembang tempatnya di pucuk, tinggi, terhormat."Â
"Oh, begitu. Baru tahu aku."
"Lha, bapak bukan orang Jawa, ya, Pak."
"Bukan. Aku orang Batak."
"Kok bisa ada di sini, Pak?"
Ah, Si Mbak mulai kepo. Itu panjang ceritanya. Tak elok dikisahkan. Sebab aku ada di situ untuk berkabung, bukan untuk menceritakan riwayat hidup.
"Dhisik ya, Mbak. Â Kulo badhe ngunjuk, dhisik." Aku menghindar ke dalam rumah dengan alasan mau minum.Â