Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Magang Bersertifikat, Program Strategis Kampus Merdeka

23 Mei 2023   21:45 Diperbarui: 23 Mei 2023   21:56 659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mendikbudristek Nadiem Makarim memaparkan capaian program-program Kampus Merdeka di Festival Kampus Merdeka, Bali, 14 November 2022 (Screenshot Youtube Kampus Merdeka) 

"Semua keputusan pembelajaran dan pembinaan karakter mahasiswa harus berorientasi pada pembentukan pemimpin masa depan. Konsentrasinya adalah pemerdekaan mahasiswa belajar sesuai kepentingan, kemauan, dan minatnya. Sehingga saat mahasiswa lulus sudah jelas bagaimana kemampuan, kesuksesan, dan karakternya."  -Mendikbudristek Nadiem Makarim,  disarikan dari  pidato pada Pelantikan Rektor UI, 4 Desember 2019.

Aku tak menyesal terlahir pada 1960-an untuk kemudian mengalami pendidikan instruksional, transfer sains dari otak pengajar ke benak pelajar di ruang kelas tertutup.

Sejarah menunjukkan setiap kemajuan berpijak pada keterbelakangan.  Demikianlah pendidikan instruksional itu kini menjadi pijakan bagi program progresif  bernama "Merdeka Belajar".  

Semarak Merdeka Belajar kini membuatku antusias. Sebab Tiur (pseudonim), anak gadisku, beruntung kuliah saat program "Kampus Merdeka (Belajar)" mulai diterapkan.

Berkat program itu mahasiswa  kini dimerdekakan belajar.  Tidak lagi terkungkung dalam tembok "menara gading" yang dibangun perguruan tinggi.

Hanya melalui jalan "merdeka belajar" itulah kompetensi dan karakter mahasiswa dapat berkembang hingga mencapai kriteria kualitas pemimpin masa depan. 

Hak Belajar Mahasiswa di Luar Kampusnya

Ada empat gugus program Kampus Merdeka yang diluncurkan Kemendikbudristek. Pertama, deregulasi pembukaan program studi baru; kedua, deregulasi sistem akreditasi perguruan tinggi; ketiga,  fasilitasi perguruan tinggi negeri badan hukum; keempat, fasilitasi hak belajar mahasiswa tiga semester di luar program studi (prodi) atau kampusnya.

Dari empat gugus program tersebut fasilitasi mahasiswa belajar di luar prodi/kampus adalah kunci sukses Kampus Merdeka. Program itu sungguh memerdekakan  mahasiswa belajar sesuai kemauan, kepentingan, dan minatnya.

Program tersebut adalah solusi masalah irrelevansi di perguruan tinggi.  Menurut Mendikbudristek Nadiem Makarim, irrelevansi itu merujuk fakta gelar tak menjamin kompetensi, kelulusan tak menjamin kesiapan bekerja, akreditasi tak menjamin mutu, dan masuk kelas tak menjamin belajar. [1]

Secara spesifik terkait dunia usaha/kerja, irrelevansi itu menurut Mendikbudristek merujuk fakta, pertama, hanya 20 persen ilmu yang dipelajari mahasiswa relevan dengan kebutuhan dunia usaha/kerja. Kedua, hanya 25 persen  lulusan S1 yang bekerja sesuai prodinya. [2]

Karena itu, sebagai solusi irelevansi materi kuliah dan kebutuhan dunia usaha/kerja, mahasiswa harus diberi kemerdekaan mempelajari hal-hal yang mendukung masa depannya di luar prodi/kampusnya.

Asumsinya proses belajar mahasiswa  bisa terjadi di mana saja, tidak mesti di kampus. Bisa saja mahasiswa berlajar dari para profesional  di perusahaan,  organisasi nirlaba, dan lembaga-lembaga pemerintah.

Itulah yang mendasari program fasilitasi mahasiswa untuk  belajar tiga semester di luar prodi/kampusnya.

Terdiri dari enam opsi, program belajar di luar prodi/kampus itu telah diluncurkan Kemendikbud pada 24 Januari 2020:

  • Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB):  mahasiswa menjalani magang  atau studi independen (inhouse training) bersertifikat di perusahaan, organisasi nirlaba, dan lembaga pemerintah.
  • Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA):  skema beasiswa bagi mahasiswa belajar satu semester ke universitas terpilih di luar negeri.
  • Kampus Mengajar: mahasiswa mengajar di SD dan SMP guna meningkatkan literasi dan numerasi siswa.
  • Pertukaran Mahasiswa Merdeka:  mahasiswa belajar selama satu semester di perguruan tinggi lain di Indonesia.
  • Wirausaha Merdeka (WMK):mahasiswa belajar menjadi calon wirausahawan di luar perkuliahan.
  • Praktisi Mengajar:  praktisi dari entitas luar kampus  membagikan pengalamannya kepada mahasiswa.

Dari enam program tersebut, program MSIB dan WMK menurut hemat saya  paling strategis menjawab masalah irrelevansi pembelajaran di perguruan tinggi  dengan tuntutan dunia usaha/kerja.  

Melalui magang atau pelatihan kerja (MSIB) dan praksis wirausaha (WMK) mahasiswa langsung terjun ke dunia usaha/kerja. Di situ mahasiswa bisa, pertama,  menilai seberapa banyak ilmu yang dipelajarinya relevan dengan tuntutan dunia usaha/kerja. Lalu, kedua, menemukan apa yang masih perlu dipelajarinya untuk meningkatkan kompetensi dan kesiapan kerja. 

Praktik Baik Magang Bersertifikat

Menurut hematku dari semua program lingkup MSIB dan WMK, magang  bersertifikat Kampus Merdeka adalah opsi paling strategis untuk mengatasi irrelevansi perkuliahan dengan dunia usaha/kerja. 

Alasannya mayoritas lulusan perguruan tinggi lebih berpotensi menjadi pekerja ketimbang pengusaha. Magang memberi ruang bagi mahasiswa terlibat dalam struktur dan kultur perusahaan sebagai pekerja.

Dimulai tahun 2021, hingga Agustus 2022 program MSIB secara keseluruhan telah diikuti 65.687 mahasiswa. Mereka berasal dari 645 kampus dan tersebar di 219 unit organisasi mitra MSIB. [3]  

Seorang dari peserta MSIB tersebut adalah Tiur, anak gadisku itu. Dia, mahasiswi Prodi Ilmu Komunikasi di Universitas Diponegoro, mengikuti program magang bersertifikat pada Semester 5 tahun 2022. 

Menurut pandanganku sebagai orangtua, pengalamannya menjalani magang selama lima bulan (Agustus-Desember 2022) adalah "praktik baik" Kampus Merdeka atau Merdeka Belajar. Praktik baik karena magang memberi pengalaman belajar melalui kerja sejak dini.  

Sedikitnya ada empat pelajaran penting yang diperoleh Tiur dari program itu.

Pertama,  persaingan sehat melamar pekerjaan.

Ketika memutuskan ikut magang, Tiur memilih digital marketing sebagai bidang kerjanya. Dia punya keunggulan kompetitif di situ.  Sebelumnya dia sudah bekerja paruh-waktu sebagai digital marketing di beberapa perusahaan.

Kendati sudah punya pengalaman kerja,  dia harus menjalani ujian ketahanan mental saat melamar magang.  Dia mengirimkan lamaran ke 20 perusahaan mitra Kampus Merdeka Kemendikbudristek.  

Kubiarkan Tiur mengandalkan integritas dan kompetensinya sendiri. Tak ingin memanfaatkan jaringan pribadi mendukung upayanya. Harus dipastikan, untuk mendapatkan pekerjaan dia harus bersih dari kolusi, korupsi, dan korupsi (KKN). Itu prinsip!

Setelah diwarnai rasa kecewa, akhirnya dia bisa tertawa saat diterima magang di PT Uni Tokopo Teknologi atau Campaign.com di Jakarta. Dia menikmatinya sebagai hasil murni perjuangan sendiri.

Dia telah belajar persaingan sehat dalam proses mendapatkan pekerjaan (magang). 

Kedua, integrasi  ke dalam struktur dan kultur perusahaan.

Campaign.com adalah organisasi berstuktur datar, tidak birokratis.  Asumsinya setiap karyawan menjalankan spesialisasinya untuk meraih tujuan dalam koridor kultur perusahaan.  

Demikianlah Tiur belajar menyatu ke dalam struktur Campaign.com untuk mengoptimalkan fungsi keahliannya di bidang digital marketing.  Dalam proses kerja, dia harus menempatkan diri dalam koridor nilai-nilai  budaya perusahaan yaitu kesosialan, kerjasama, keamanan, dan kegembiraan.  Dia belajar bahwa bekerja itu adalah kolaborasi yang aman dan menyenangkan. 

Ketiga, strategi dan cara-cara membangun jejaring kerjasama usaha.

Campaign.com adalah startup sosial penyedia platform aksi sosial  kampanye dan donasi (non-tunai) daring untuk mendukung proyek perbaikan kesehatan, pendidikan, lingkungan, dan kesetaraan sosial.

Menerapkan sistem kerja jarak jauh, kegiatannya  adalah penggalangan jejaring aksi sosial. Wujudnya, pertama, jejaring kerjasama Campaign.com dengan stakeholder untuk pelaksanaan dan pendanaan aksi sosial. 

Kedua,  jejaring partisipasi sosial pengguna aplikasi Campaign.com berupa kesertaan dalam challenge (aksi daring) yang akan dikonversi sponsor ke dalam nilai uang donasi.

Sebagai magang digital marketing Tiur ditantang ikut membangun jejaring aksi sosial itu.  Ada dua tugas dan target utamanya.

Pertama, meningkatkan angka install application dan user Campaign.com. Sebab besaran donasi dari sponsor kampanye tergantung pada tingkat partisipasi user dalam challenge. Semakin banyak peserta challenge, semakin besar nilai donasi dari sponsor.

Tiur  harus memasarkan Campaign.com dan program-programnya secara digital/daring kepada khalayak.  Untuk itu dia dibekali berbagai keahlian digital marketing.   Antara lain keahlian membuat iklan digital pada Google Ads dan analisis tren sebagai acuan konten pada platform TikTok, Instagram, dan YouTube.

Kedua, mencari stakeholder  (perusahaan, organisasi nirlaba, komunitas) untuk mitra kerjasama, sebagai pelaksana atau sponsor kampanye atau aksi sosial.  

Untuk itu Tiur dilatih keahlian penyusunan proposal, presentasi, dan negosiasi dengan sejumlah stakeholder calon mitra kerjasama. Keahlian itu dipraktekkan dalam sebuah tim kerja.

Keempat, teori, metode, dan keahlian yang benar-benar dibutuhkan dalam dunia kerja.

Kurikulum magang Campaign.com kompatibel dengan kurikulum perkuliahan di kampus.  Bedanya kurikulum Campaign.com bersifat praktis sedangkan kurikulum di kampus bersifat teoritis. 

Di Campaign.com Tiur berkonsentrasi pada digital marketing, sinergi enam mata kuliah (20 SKS) gugus komunikasi strategis berikut:

  • Teknik Lobi dan Negosiasi:  fokus pada negosiasi dengan stakeholder calon mitra kerjasama.  
  • Event Management:  fokus pada partisipasi dalam manajemen proyek  (perencanaan, pelaksanaan, pelaporan). 
  • Perilaku Konsumen: fokus pada riset segmentasi pasar untuk keperluan proyek kerjasama dengan stakeholder.  
  • Strategi Kreatif:  fokus pada penerapan strategi kreatif dalam penyampaian pesan dan pendayagunaan media sosial.   
  • Strategi Media:  fokus pada implementasi srategi media dalam pembuatan dan pemantauan konten media sosial.
  • Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK):   fokus pada optimalisasi fungsi TIK dalam kampanye untuk penggalangan donasi.  

Semua itu meningkatkan  keahlian kerja Tiur.  Baik itu keahlian sosial (kepemimpinan, pemecahan masalah, manajemen waktu, riset dan analisis, manajemen proyek) maupun keahlian teknis digital marketing, khususnya kreasi dan eksekusi konten pemasaran di media sosial. 

Usulan: Magang sebagai Program Prioritas Kampus Merdeka

Empat pelajaran dari magang itu memberi tiga  nilai tambah untuk Tiur.  Peningkatan kompetensi digital marketing,  kesiapan kerja profesional, dan keunggulan kompetitif memasuki dunia kerja.

Terkait keunggulan kompetitif, Mendikbudristek mengungkap rerata waktu tunggu kerja alumni MSIB hanya 1.1 bulan dan gaji pertamanya  1.78 kali UMP. Itu hanya kalah dari performa alumni IISMA dengan waktu tunggu  0.3 bulan, gaji 1.88 kali UMP. [3]

Tapi menurut hematku, ketimbang IISMA yang "mengagungkan kampus luar negeri", MSIB khususnya magang bersertifikatlah yang lebih layak dijadikan program prioritas Kampus Merdeka.  

Alasannya, pertama, program itu efektif menutup kesenjangan antara kuliah di kampus dan  kebutuhan dunia usaha/kerja. 

Kedua,  program itu nyata meningkatkan kemampuan dan kesiapan mahasiswa bekerja sesuai minatnya.

Ketiga, program itu memfasilitasi komunikasi perguruan tinggi dan industri, untuk  menyepakati sistem pendidikan yang menjawab kebutuhan mahasiswa dan industri sekaligus.

Aku bermimpi, lima tahun ke depan mahasiswa Indonesia tak hanya magang di dalam negeri. Tapi juga magang di perusahaan dan lembaga terkemuka di luar negeri. 

Jika itu terjadi, maka kita tak akan lagi mengagungkan perguruan tinggi luar negeri. Sebaliknya justru orang luar negerilah yang akan mengagungkan perguruan tinggi Indonesia. (eFTe)

Rujukan:

[1] "Sambutan Cerdas Menteri Pendidikan Nadiem Makarim Saat Pelantikan Rektor UI" (Youtube Teka Teki Politik).

[2] "Merdeka Belajar Episode 2: Kampus Merdeka", Paparan Mendikbudristek, 24 Januari 2020 (Youtube Kemendikbud RI).

[3] "Apa Kabar Kampus Merdeka?", Paparan Mendikbudristek, 14 November 2022 (Youtube Kampus Merdeka).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun