Karena itu, sebagai solusi irelevansi materi kuliah dan kebutuhan dunia usaha/kerja, mahasiswa harus diberi kemerdekaan mempelajari hal-hal yang mendukung masa depannya di luar prodi/kampusnya.
Asumsinya proses belajar mahasiswa  bisa terjadi di mana saja, tidak mesti di kampus. Bisa saja mahasiswa berlajar dari para profesional  di perusahaan,  organisasi nirlaba, dan lembaga-lembaga pemerintah.
Itulah yang mendasari program fasilitasi mahasiswa untuk  belajar tiga semester di luar prodi/kampusnya.
Terdiri dari enam opsi, program belajar di luar prodi/kampus itu telah diluncurkan Kemendikbud pada 24 Januari 2020:
- Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB):  mahasiswa menjalani magang  atau studi independen (inhouse training) bersertifikat di perusahaan, organisasi nirlaba, dan lembaga pemerintah.
- Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA): skema beasiswa bagi mahasiswa belajar satu semester ke universitas terpilih di luar negeri.
- Kampus Mengajar:Â mahasiswa mengajar di SD dan SMP guna meningkatkan literasi dan numerasi siswa.
- Pertukaran Mahasiswa Merdeka:Â mahasiswa belajar selama satu semester di perguruan tinggi lain di Indonesia.
- Wirausaha Merdeka (WMK):mahasiswa belajar menjadi calon wirausahawan di luar perkuliahan.
- Praktisi Mengajar: praktisi dari entitas luar kampus  membagikan pengalamannya kepada mahasiswa.
Dari enam program tersebut, program MSIB dan WMK menurut hemat saya  paling strategis menjawab masalah irrelevansi pembelajaran di perguruan tinggi  dengan tuntutan dunia usaha/kerja. Â
Melalui magang atau pelatihan kerja (MSIB) dan praksis wirausaha (WMK) mahasiswa langsung terjun ke dunia usaha/kerja. Di situ mahasiswa bisa, pertama, Â menilai seberapa banyak ilmu yang dipelajarinya relevan dengan tuntutan dunia usaha/kerja. Lalu, kedua, menemukan apa yang masih perlu dipelajarinya untuk meningkatkan kompetensi dan kesiapan kerja.Â
Praktik Baik Magang Bersertifikat
Menurut hematku dari semua program lingkup MSIB dan WMK, magang  bersertifikat Kampus Merdeka adalah opsi paling strategis untuk mengatasi irrelevansi perkuliahan dengan dunia usaha/kerja.Â
Alasannya mayoritas lulusan perguruan tinggi lebih berpotensi menjadi pekerja ketimbang pengusaha. Magang memberi ruang bagi mahasiswa terlibat dalam struktur dan kultur perusahaan sebagai pekerja.
Dimulai tahun 2021, hingga Agustus 2022 program MSIB secara keseluruhan telah diikuti 65.687 mahasiswa. Mereka berasal dari 645 kampus dan tersebar di 219 unit organisasi mitra MSIB. [3] Â
Seorang dari peserta MSIB tersebut adalah Tiur, anak gadisku itu. Dia, mahasiswi Prodi Ilmu Komunikasi di Universitas Diponegoro, mengikuti program magang bersertifikat pada Semester 5 tahun 2022.Â
Menurut pandanganku sebagai orangtua, pengalamannya menjalani magang selama lima bulan (Agustus-Desember 2022) adalah "praktik baik" Kampus Merdeka atau Merdeka Belajar. Praktik baik karena magang memberi pengalaman belajar melalui kerja sejak dini. Â