Cerita masa lalu dulu.
Toba tahun 1960-an. Sekolahku, sebuah SDN desa, menetapkan waktu masuk sekolah pukul 07.00 WIB dan bubar pukul 12.00 WIB.
Mengapa masuk pukul 07.00 pagi?
Karena semua murid adalah anak petani desa. Dalam budaya setempat, anak usia sekolah jamak membantu pekerjaan orangtuanya.
Contoh saja. Saya dan teman sepantaran, anak laki-laki, Â waktu itu harus membawa kerbau pukul 05.00 WIB pagi ke padang rumput. Ditambatkan di situ. Atau dilepas kalau padang rumputnya areal tertutup.
Sementara itu anak perempuan pergi ke pancuran kampung untuk cuci perabotan dapur dan ambil air bersih.
Semua kegiatan itu, juga mandi dan sarapan, harus selesai pukul 06.00 WIB, tepat saat fajar menyingsing.
Setelah itu jalan kaki ke sekolah sejauh 3 km. Itu makan waktu 30-45 menit, tergantung cara berjalan. Jadi sekurangnya masih ada waktu 15 menit bermain sebelum lonceng tanda masuk kelas berdentang tepat pukul 07.00 WIB.
Pola semacam itu dijalani selama 6 tahun, atau 7-8 tahun kalau pakai acara tinggal kelas.Â
Begitu cara sekolah, secara tak langsung, membentuk disiplin dan tanggung-jawab pada diri murid.