Begitupun, menikah tapi tanpa anak dinilai kurang berharga dibanding menikah dan berketurunan.
Tekanan sosial semacam itu  merujuk pada norma kebiasaan sosial-budaya (folkways). Biasanya orang menikah; biasanya orang menikah itu punya anak. Kalau tak begitu, dianggap penyimpangan (social deviation). Â
Lalu, soal manfaat.Â
Sosiologi tak membicarakan manfaat individual tapi sosial.
Jadi bila ada seseorang mengklaim nikah bebas anak itu bikin awet muda, itu urusan pribadi dialah. Belum tentu berlaku untuk orang lain, bukan?
Manfaat sosiologis harus dilihat dari sisi kepentingan masyarakat. Salah satunya pengelolaan mutu hidup tinggi.Â
Penjelasannya begini.
Nikah bebas anak menurunkan angka kelahiran dan, karena itu, juga tingkat tekanan sosio-ekonomi. Implikasinya persaingan sosek tetap rendah. Sehingga distribusi sumber-sumber sosio-ekonomi tetap bisa menjamin mutu hidup tinggi.
Begitulah gejala yang teramati di sejumlah negara Eropah Barat dan Utara. Seperti di Swiss dan Finlandia. Di sana status pernikahan bebas anak sudah jamak.
***
Jadi, bila nikah bebas anak itu adalah pilihan rasional, mengapa timbul kecaman atau kritik terhadapnya?