Tapi benarkah "Kata Pengantar" skripsi itu tak penting?Â
Lalu, apa semestinya isi "Kata Pengantar" skripsi itu?
Saya akan coba jawab. Singkat-singkat saja.
***
Dalam suatu kelas kuliah "Dinamika Pembangunan Desa" di IPB awal 1980-an, Prof. Sajogyo, pengampu mata kuliah itu, pernah memberi nasihat.
Katanya, "Kalau membaca sebuah buku, mulailah dengan membaca 'Kata Pengantar'. Bagus tidaknya sebuah buku, tergambar dari isi 'Kata Pengantar'-nya."
Intinya, kata Prof. Sajogyo, "Kata Pengantar" itu harus mengantarkan isi buku secara garis besar ke hadapan sidang pembaca.
Hal itu dinasihatkannya kepada kami, mahasiswanya, terkait tugas baca buku dan bikin ringkasannya, satu judul per minggu. Logikanya, setelah membata "Kata Pengantar" -- dan kemudian "Daftar Isi" -- akan lebih mudah membaca dan menangkap isi buku secara cepat.
Nasihat Prof. Sajogyo itu berlaku juga untuk "Kata Pengantar" skripsi. Garis besar isi skripsi, harus tersaji dalam "Kata Pengantar"-nya.
Jadi, kalau "Kata Pengantar" sebuah skripsi dimulai dengan kalimat "Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa ...", maka hal itu jelas ngawur, sebuah kesalahan.
Bukan ucapan puji syukurnya yang salah, ya. Tapi penempatan ucapan itu sebagai kalimat pertama "Kata Pengantar", itulah yang salah.