Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Imlek dan Lalu-Lintas Ucapan Tanpa Komunikasi

24 Januari 2023   06:20 Diperbarui: 24 Januari 2023   18:29 567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lambang Tahun Baru Imlek 2023 atau tahun Kelinci Air (Pixabay via suara.com)

Ini bukan khas Imlek sebenarnya. Tapi juga tentang Lebaran, Natal, Galungan, dan Waisak. 

Hanya saja, Imlek baru saja lewat. Maka jadilah dia pokok sorotan.

Tapi kamu bisa saja mengganti kata "Imlek" dalam tulisan ini degan nama hari raya keagamaan lainnya.

Esensinya tak akan berubah.

Tentang komunikasi yang hilang di satu sisi. Lalu kerja yang tetap meraja di lain sisi.

Maksudku begini. Esensi hidup manusia itu kerja dan komunikasi.  Kerja untuk menghasilkan makanan. Komunikasi untuk menghasilkan kesepahaman.

Itu kata sosiolog Jurgen Habermas, ya. Dan aku setuju, sih.

Sebab manusia memang tak hanya hidup dari manna, tapi juga dari kata. Apa gunanya perut kenyang, tapi terasing dalam lubang?

Kerja itu bertolak-belakang dengan komunikasi. Kerja searah, subyek menggarap obyek. Sedangkan komunikasi dua arah, subyek dan subyek saling tukar buah pikiran demi kesepahaman. 

Itu teori. Berikut prakteknya. 

Konteksnya Imlek. Sekali lagi, kebetulan saja Imlek baru lewat.

Aku kebetulan tergabung dalam satu  WAG yang anggotanya mayoritas, atau nyaris semua, adalah rekan-rekan peraya Imlek.

Nah, tepat pada Hari Raya Imlek 2574 tanggal 22 Januari 2023 yang lalu, WAG penuh dengan ucapan selamat. Gaya dan bentuknya macam-macam. Tapi intinya sama saja. Semoga rejeki mengalir seperti air di tahun Kelinci Air 2023.

(Tapi hujan tidak turun di Jakarta tanggal 22 Januari 2023 yang lalu. Padahal tahun Kelinci Air.)

Jelas tak ada masalah dengan isi segala ucapan itu. Semua baik dan indah.

Masalahnya adalah arah ucapan. Semuanya searah. 

Persisnya, semua menyampaikan ucapan Selamat Tahun Baru Imlek. Tapi tak seorang pun membalas semua ucapan itu dengan kata "Terimakasih."

Jadi? Ya, itu, searah.

Ucapan-ucapan yang bersifat searah itu adalah ciri kerja. Semacam instruksi yang tak perlu dibantah, paham atau tidak paham. 

Begitulah. Dalam suasana Imlek, yang seharusnya menjadi momen silaturahmi, tindakan orang-orang tetap dalam bingkai "kerja", bukan "komunikasi".

Sekali lagi, ini kebetulan saja baru Imlek, ya. Lebaran, Natal, dan lainnya juga begitu.

Seorang teman berdalih, saat aku mengingatkan soal ini. "Tak apalah," katanya, "yang penting kita tahu kita sudah saling paham dan tetap kompak."

Masalahnya, bagaimana kita bisa yakin bahwa "kita saling paham dan tetap kompak"? Kan, takada komunikasi. Hanya ada ucapan-ucapan searah yang memborbardir dinding WAG.

Setiap orang hanya mengucapkan selamat, tanpa pernah membalas ucapan temannya. Tak ada ucapan "Terimakasih, ci Lin/ko Tan. Selamat Imlek juga ... (bla bla bla)."

Bukankah Imlek seharusnya menjadi perisiwa komunikasi? Sebuah interaksi sosial yang sarat makna?

Tapi begini. Era WAG mungkin adalah kritik pada teori tindakan komunikatif Habermas. Bahwa kesepahaman tak mesti mempersyaratkan komunikasi. Sebab mungkin saja ada kesepahaman tanpa dasar komunikasi.

WAG itu bukti empiriknya. Bukankah anggota WAG adalah orang-orang yang sepaham -- apa pun subyek kesepahaman itu? Sebab kalau tak sepaham, kan bisa terjadi selisih paham, lalu solusinya left.

Kalau begitu, ujaran-ujaran yang bersiliweran di WAG bukan wujud komunikasi, dong.  Cuma lalu-lintas kata, frasa, dan kalimat saja. Tanpa intensi menuju kesepahaman.

Barangkali memang demikian. Sebab kesepahaman apa pula yang bisa diperoleh dari WAG yang dipenuhi emotikon dan stiker?

Tapi aku masih bertanya-tanya.

Jika WAG adalah kelompok orang sepaham, lantas dengan cara bagaimana mereka tiba pada kesepahaman itu tanpa komunikasi?

Ah, berharap ada ahli komunikasi yang bisa menjelaskannya. 

Sudahlah. "Selamat Tahun Baru Imlek 2574." 

Ya, ampun, aku baru saja membunuh kritikku sendiri. (eFTe)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun