Penempatan makam Toraja pada dinding tebing tinggi adalah simbolisasi puya. Suatu lokus yang diyakini sebagai titik kaki tangga langit pernah berdiri. Dulu, sebelum manusia jatuh ke dalam dosa.
Dengan pemahaman kosmologis semacam itu, kunjungan ke pekuburan Toraja tak semata menjadi pengalaman berbagi damai dan indah dengan orang mati secara fisikal dan psikologikal. Tapi juga berbagai damai dan indah dalam balutan religiositas.
***
Pertengahan Januari 2023 di TPU Kampung Kandang, Jakarta Selatan.
Itu adalah ziarah makam yang kesekian puluh kali. Membuat Kampung Kandang seakan "pekarangan kedua", setelah pekarangan rumah sendiri.
Tak ada kesan menakutkan, bahkan sejak pertama kali menginjakkan kaki di situ. Walau jasad para mendiang dikubur dalam tanah, tapi kesan yang meraja tetaplah kuburan sebagai tempat manusia fana "disempurnakan".
Tidakkah setiap manusia mengidamkan "penyempurnaan" di kuburan, pada akhirnya? Apapun definisi kuburan itu.
Maka saya mengalami ziarah ke Kampung Kandang sebagai momen berbagi relung damai dan indah dengan para arwah -- atau hantu atau apalah -- yang ada tapi tak terlihat di sana.
Saya tak melihat kuburan sebagai "tanah orang-orang mati" semata. Tidak sedangkal itulah. Â
Kuburan adalah sebuah ekosistem. Tempat jiwa orang hidup berjumpa dengan "hantu" orang mati di sebuah lokus damai dan indah.
Dengan demikian kunjungan ke kuburan adalah pengalaman ekologis yang unik. Sebab ada interaksi spritual di situ. Perjumpaan dan komunikasi antara jiwa orang hidup dan roh (hantu) orang mati, dalam sebuah bingkai religi -- apapun agama kita.