Tapi produksi pangan di semua negara produsen pangan dunia juga menghadapi empat kendala di atas.Â
Produksi terbatas sehinga tiap negara cenderung menyimpan beras untuk kebutuhan domestiknya. Â Impor beras tidak akan mudah sekalipun dana tersedia. Â
Karena itu sebuah solusi strategis diperlukan sebagai solusi peningkatan produktivitas domestik.Â
Tantangannya, peningkatan produktivitas/ produksi beras di bawah tekanan penyusutan luas baku sawah.
Solusi itu adalah VUB padi hibrida. Â Potensi produktivitasnya bisa sampai dua kali lipat produktivitas padi inbrida. Â Padi hibrida Xiang Liangyou 900 rakitan Yuan Longping di Cina bisa mencapai produktivitas 17.2 ton/ha. Â
Di Indonesia, berdasar kinerja 25 varietas, diketahui rata-rata produktivitas riil padi hibrida di tingkat petani adalah 8.53 ton GKG/ha. Â Itu 63% di atas rata-rata produktivitas nasional tahun 2022 (5,23 ton).Â
Cina berada di garis depan dalam inovasi dan adopsi padi hibrida sebagai solusi pangan. Areal tanam padi hibrida Cina mencapai 60 persen. Â
Selanjutnya adalah Thailand (52%), Vietnam (36%), Pakistan (30%), Myanmar (10%), dan Bangladesh (9%).
Indonesia jauh tertinggal. Â Sempat mencapai porsi luas tanam 5.2 persen tahun 2009, selanjutnya merosot terus hingga ke bawah angka 0.5% sejak 2017.Â
Jumlah varietas yang beredar di Indonesia juga hanya 10 varietas. Padahal sepanjang 2001-2020 Kementan sudah merilis 108 VUB padi hibrida. Â
Kapasitas produksi domestik  benih padi hibrida di Indonesia kini 2,300 ton/tahun. Bisa menutup luas tanam 153,000 ha atau 1.34% dari luas tanam nasional. Â