Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Mari Kita Hujat Timnas Indonesia

11 Januari 2023   10:04 Diperbarui: 11 Januari 2023   11:58 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seratus tahun. Tak seorangpun perumus "Visi 100 Tahun" itu akan menikmati hasilnya tahun 2092. Tapi setiap menteri olahraga dan pengurus asosiasi sepakbola di Jepang konsisten menapakinya.

Kenapa? Karena target "Visi 100 Tahun" itu bukan target individu pejabat atau pengurus sepakbola nasional. 

Itu target bangsa. Kelak bangsa Jepanglah yang menikmatinya.

Bangsa Indonesia?

Ah, bangsa  kita tak pernah punya target sepakbola. Kita hanya ingin jadi juara hari ini, besok, dan lusa. Tanpa landasan visi, strategi, dan sasaran besar.

Visi, strategi, dan target sepakbola kita hanya sejauh lima tahun kepengurusan PSSI. Atau mungkin 1o tahun kalau ketua umum tak keburu jadi gubernur atau anggota dewan.

PSSI itu mengelola sepakbola nasional selayaknya memasak mie instan.  Mau makan soto, masak mie instan rasa soto. Mau makan rendang, masak yang rasa rendang.  Mau makan saksang, masak yang rasa saksang.

Lalu PSSI sibuk mengupah pelatih asing dan menaturalisasi pemain asing.  Dibungkus dengan promosi hebat.  Lalu umbaran harapan besar jadi juara  Piala AFF, Piala Asia, dan kelak Piala Dunia.

Dan kita?  Kita adalah bangsa yang lugu -- tipis batasnya dengan dungu -- yang selalu percaya pada harapan-harapan yang dipasarkan PSSI.  

Atau, mungkin, sebenarnya kita tidak sungguh-sungguh percaya. Hanya saja, kita terlalu berharap. Sehingga mudah percaya pada setiap janji. 

Lantas apa yang kita terima?  Tidak ada soto, rendang, dan saksang sejati.  Semua adalah harapan kosong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun