Kedua, nama Yohanes yang disematkan pada Anies bukan nama baptis. Sebab dalam tradisi Protestan -- dan komunitas Alfa Omega itu Protestan -- tidak ada nama baptis.Â
Nama baptis itu tradisi Katolik. Nama baptis Katolik lazim diambil dari nama-nama santo/santa dan beato/beata yang hidup dalam era Yesus Kristus dan setelahnya.
Dengan demikian bisa disimpulkan penyematan nama Yohanes itu tak punya makna sosio-religi apapun bagi Anies Baswedan. Walau Anies tersenyum saat menerima nama itu, hampir pasti dia tak perduli makna sisio-religinya.
Makna penyematan nama itu tak lebih dari pernyataan penerimaan komunitas Kristiani setempat untuk Anies masuk rumah doa secara jasmani. Itu saja, tak lebih tak kurang.
***
Kalau takada makna sosio-religinya, mungkinkah ada makna sosio-politiknya?
Ada indikasi ke arah sana.
Ingatlah, mayoritas penduduk Papua adalah umat Kristiani. Protestan 70 persen dari total penduduk dan Katolik 16 persen.
Sebagai Capres 2024 dari Partai Nasdem, Anies harus memasarkan diri di Papua. Untuk itu dia membutuhkan modal politik beraroma religi, agar bisa memikat hati mayoritas Kristiani Papua.
Aksi masuk gereja jelas tak memadai. Semua orang bisa melakukannya. Nilai politisnya rendah, murahan.
Harus ada terobosan yang unik, berani, dan spektakuler sehingga viral.Â