"Pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain” (Matius 2:12) - Tema Natal KWI dan PGI 2022.
Pemahaman akan Tuhan yang imanen, yang hidup dalam pengalaman subyektif manusia, membuka pintu untuk gereja inkulturasi dalam agama Katolik.
Dengan gereja inkulturasi dimaksudkan adalah Gereja Katolik yang beradaptasi pada budaya-budaya lokal. Sehingga, selain mencegah konflik Kristianitas dan budaya tempatan, pemangku budaya-budaya lokal menjadi lebih mudah menerima ajaran Gereja Katolik.
Wujud gereja inkulturatif itu di Indonesia terlihat dalam rupa penghargaan terhadap mitologi penciptaan manusia dan dunia, gereja berarsitektur rumah adat, musik etnik menjadi musik gerejani, dan patung-patung Yesus, Maria, dan Yosef yang mengambil profil etnik tertentu.
Sebagai contoh saja, untuk yang terakhir ini, di taman doa Gereja Katolik Santo Yohanes Penginjil Blok B Jakarta Selatan ada patung Bunda Maria, Bunda Segala Suku, dengan profil perempuan Jawa. Patung karya Teguh Ostenrik itu memberi pesan bahwa Bunda Maria bukanlah sosok yang berjarak. Dia adalah bunda selayaknya ibu kita sendiri.
Demikian pula dengan Yesus Kristus. Secara historis dan antropologis, Yesus yang diwartakan atau mewarta lewat Injil adalah orang Yahudi. Tetapi jika berbicara tentang Yesus yang inkulturatif, maka Dia dapat saja dipersepsikan misalnya sebagai orang Toraja yang lahir di Tana Toraja Sulawesi.
***
Persepsi serupa itulah yang mewarnai Perayaan Natal tahun ini, 24 Desember 2022 malam, di Gereja Santa Perawan Maria Ratu (SPMR) Blok Q Jakarta Selatan. Interior gereja dan Kandang Natal ditata dengan mengadopsi unsur-unsur budaya Toraja.
Kandang Natal mengadopsi arsitektur tongkonan, rumah adat Toraja. Patung Maria dan Yosef menyandang tenun Toraja. Altar dan pilar-pilar gereja juga dibalut kain tenun khas Toraja.