"Aku ini binatang jalang. Dari kumpulannya terbuang. Biar peluru menembus kulitku. Aku tetap meradang menerjang. Luka dan bisa kubawa berlari, berlari. Hingga hilang pedih peri."
"Bah, puang. Hebat kali puisimu, Poltak!" Binsar terbekiak takjub.
"Bisa juara kau, Poltak," sambut Bistok.Â
"Bukan. Itu bukan puisiku. Itu puisi Chairil Anwar. Penyair hebat Indonesia."Â
Tiba-tiba saja penggalan puisi Aku karya Chairil Anwar itu merasuki pikiran Poltak.
"Semangat juang luar biasa. Pantang menyerah." Poltak membatin.Â
"Ompu Sisingamangaraja!" teriak Poltak.
"Bah, apa maksudmu, Poltak?" tanya Binsar terheran-heran.
"Aku mau bikin puisi perjuangan Ompu Sisingamangaraja melawan penjajah Belanda," kata Poltak bersemangat.
Binsar mengangguk-angguk. Bistok juga. Keduanya mendukung ide Poltak.
"O ale Ompung Sisingamangaraja. Izinkanlah aku menulis puisi perjuanganmu." Â