Secara faktual, Anies menjabat gubernur DKI Jakarta sejak Oktober 2017 sampai Oktober 2022. Karena itu data 2017 bukan ukuran kinerjanya. Tapi ukuran kinerja gubernur terdahulu, Basuki T. Purnama dan kemudian Djarot S. Hidayat.
Anies sejatinya menerima "warisan" yang "tidak baik-baik saja" dari Basuki/Djarot tahun 2017. Ketimpangan pendapatan atau rasio gini terbilang tinggi (0,41), di atas angka nasional (0,39). Proporsi penduduk miskin juga cukup tinggi (3,77%) untuk ukuran ibukota, tempat 70 persen uang berputar.
Kabar baiknya, pada tahun 2017 itu Anies menerima warisan Indeks Kebahagiaan (71,33) dan IPM (80,06) yang tinggi, di atas angka Indonesia. Tapi itu angka wajar untuk sebuah ibu kota negara, daerah termaju di satu negara.
Anies juga mengawali pemerintahannya dengan kinerja bagus. Berhasil menurunkan angka rasio gini dari 0,41 (2017) menjadi 0,39 (2018). Artinya ketimpangan pendapatan menurun 0,03 poin.Â
Tapi prestasi berhenti di situ. Sepanjang 2019- 2022 angka rasio gini justru naik melandai hingga mencapai 0,42 tahun 2022. Artinya angka ketimpangan pendapatan di DKI Jakarta meningkat rata-rata 0,002 poin/tahun.
Hal itu tercermin pula pada angka distribusi pendapatan. Pada tahun 2019 Anies sempat mencatatkan distribusi terbaik: Â 17,30 persen untuk kelompok 40% Rendah, 36,09 persen untuk kelompok 40% Sedang, dan 46,61 persen untuk kelompok 20% Tinggi. Tapi tahun 2021 komposisinya memburuk menjadi 16,65 : 35,34 : 48,00 persen.Â
Fakta peningkatan rasio gini itu konsisten dengan angka kemiskinan di Jakarta. Setelah sempat turun dari 3,77 persen (2017) menjadi 3,44 persen (2019), angka kemiskinan naik lagi menjadi 4,69 persen tahun 2021-2022.Â
Dalam periode 2017-2022 tingkat kemiskinan di DKI Jakarta telah naik rata-rata 0,18 persen/tahun. Itu artinya masyarakat Jakarta mengalami gejala pemiskinan dalam lima tahun terakhir.
Pandemi Covid-19 tentu menjadi alasan untuk lonjakan angka kemiskinan tahun 2020-2021. Tapi hal itu terjadi di seluruh daerah Indonesia. Jakarta bukanlah pengecualian.Â
Dalam konteks pelebaran kesenjangan dan peningkatan kemiskinan seperti itu, masuk akal jika taraf kebahagiaan warga Jakarta menurun dalam lima tahun terakhir. Diukur dengan indikator komposit -- umur panjang/ hidup sehat, pengetahuan, dan standar hidup layak --Indeks Kebahagiaan Jakarta merosot dari 71,33 (2017) menjadi 70,68 (2021). Turun 0.65 poin.