Engkong bukannya gak ikut WAG. Ada dua. WAG Â Kompasianer Pemalas dan WAG Disertir Kompasiana. Â Anggota kedua WAG itu bukannya mengusulkan nama Engkong jadi nomine. Justru menyarankan Engkong ghosting dari Kompasiana. Itu saran yang bagus, ya.
Jadi tidak akan ada seorangpun kompasianer yang mengusulkan Engkong jadi nomine best-bestan. Fakta ini klop dengan fakta terkabulnya doa Engkong tadi.
Lagi pula, bagi kebanyakan kompasianer, mengusulkan Engkong jadi nomine itu semacam melamar musuh dalam selimut jadi suami atau istri.
Ketiga, Engkong itu generasi Baby Boomers. Sekarang ini eranya generasi X-plorers dan Z-oomers. Apakata Acek Rudy jika seorang Baby Boomer menjadi nomine di tengah para nomine X-plorers dan Z-oomers. Â "Eh, elo pedofil, ya."
Jadi Engkong amit-amit jabang babylah, ya. Jangan sampai jadi nomine best-bestan di Kompasianival 2022.
Keempat, Engkong sepanjang tahun 2022 menulis utamanya artikel-artikel tentang kuburan, kematian, dan bullying. Lha, kalau mau nomine, emangnya ada Best in Cemetry atau Best in Bullying? Amit-amit, deh. Apa kata Lesti Kejora?
Sekarang, dengan menyimak empat alasan di atas, kamu bisa paham kan, bahwa terkabulnya doa Engkong untuk gak jadi nomine itu bukan sebuah mukjizat? Â
Engkong gak jadi nomine best-bestan di Kompasianival 2022 itu jelas-jelas by design, hasil rekayasa. Rekayasa siapa? Ya, Engkonglah! Kamu pikir Admin? Jangan suudzon, eh.
Itu balasan Engkong untuk para pencolek pantat. "Fix no debat," kata Porhanger Jepe Jepe. (eFTe)