Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Para Pencolek Pantat dan Nomine Kompasianival Awards 2022

19 November 2022   21:43 Diperbarui: 20 November 2022   11:38 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Flyer Kompasianival 2022 (dari Kompasiana.com) 

Serius. Engkong mau nanya. Bagaimana reaksimu jika pantatmu dicolek-colek orang dari belakang?

Engkong tanya dulu mbak-mbak, ibu-ibu, dan nenek-nenek Kompasianer. Mbak Ayu, Mbak Hera, Bu Fat, Bu Isti, Bu Hennie, Nek Siska, dan Nek Lina. Perwakilan saja.

Senang? Walah, mesakno pacar atau suaminya.

Pastinya ngamuk, dong. Ngadu ke pacar atau suami. Ingat kasus Kasatlantas Polres Madiun Kota yang naik pitam gegara pantat istrinya gak sengaja tersentuh seorang jurnalis yang terjatuh? 

Itu gak sengaja, lho. Pegimane kalo sengaja. Jadi perkedel, elo!

Sekarang engkong tanya mas-mas, bapak-bapak, dan kakek-kakek. Mas Dave, Pak Sigit, Pak  Tedra, Kek Hensa, dan Kek Tjip. Perwakilan juga.

Senang? Halah! Itu pasti Acek Rudy yang jawab. Gue gak nanya elo, Acek! 

Atau dia jomlo jablay. Itu tipe orang yang gemar mengumpankan pantatnya buat dicolek lawan jenis. Kalau perlu, pakai celana umpan -- istilah orang NTT, nih.

Pastinya kaum laki beriman marah, dong. Ingat pacar atau istri. Kan nyolek pantaymu itu previlesenya. Iya, kan?

Begitulah yang Engkong rasakan saat sejumlah kompasianer lelaki dan perempuan colak-colek pantat Engkong. Kompasianer lelaki yang paling bersemangat mencolek adalah Acek Rudy dan Mas Susy. Lalu diikuti Mas Arif Praba Lingga, Mas Sigit, Mas Porhanger Jepe, dan lelaki lain yang sehobi.

Nama-nama perempuan Kompasianer yang ikut nyolek pantat Engkong, tak usahlah disebut namanya di sini.  Demi menjaga kehormatan Engkong. Takut digosipin ada skandal.

Engkong tidak pernah paham dimana nikmatnya mencolek pantat peyot laki lansia pensiunan. Tapi itulah yang dilakukan para kompasianer tersebut tadi hingga merem-melek ekstasi.

Sebenarnya Engkong sedang tobat untuk tak merespon segala colekan itu.  Tapi jangankan Engkong, setan saja punya batas kesabaran, bukan?

Maka berdirilah Engkong untuk membalas semua colekan yang tiada sopan-soannya itu.  

Colekan dari para kompasianer tadi semua menyoal ketak-nongolan Engkong di jajaran nomine best-bestan Kompasianival 2022. Why, kenapa?

Engkong jawab, ya.

Pertama, dari dulu Engkong gak pernah setuju dengan best-bestan Kompasianival itu. Itu sudah pernah Engkong tulis.

Atas dasar apa, coba, kompasianer menetapkan 30 kompasianer sebagai nomine best-bestan. Lalu, nanti pada hari H Kompasianival  membiarkan 24 orang dari mereka menelan rasa kecewa? 

Tidakkah sadis menunjuk 6 orang sebagai yang terbaik dari 2,469,865 kompasianer? Mau bilang itu fair karena  hasil voting? Hmm, voting itu tirani mayoritas!

Jadi Engkong memang selalu berdoa agar tak jadi nomine best-bestan Kompasianival. Syukurlah, doa Engkong terkabul. Jarang-jarang itu.

Kedua, Engkong itu semacam Lone Ranger di Kompasiana. Tak punya basis massa, semisal WAG Kompasianer, untuk pengusulan nomine best-bestan. 

Engkong bukannya gak ikut WAG. Ada dua. WAG  Kompasianer Pemalas dan WAG Disertir Kompasiana.  Anggota kedua WAG itu bukannya mengusulkan nama Engkong jadi nomine. Justru menyarankan Engkong ghosting dari Kompasiana. Itu saran yang bagus, ya.

Jadi tidak akan ada seorangpun kompasianer yang mengusulkan Engkong jadi nomine best-bestan. Fakta ini klop dengan fakta terkabulnya doa Engkong tadi.

Lagi pula, bagi kebanyakan kompasianer, mengusulkan Engkong jadi nomine itu semacam melamar musuh dalam selimut jadi suami atau istri.

Ketiga, Engkong itu generasi Baby Boomers. Sekarang ini eranya generasi X-plorers dan Z-oomers. Apakata Acek Rudy jika seorang Baby Boomer menjadi nomine di tengah para nomine X-plorers dan Z-oomers.  "Eh, elo pedofil, ya."

Jadi Engkong amit-amit jabang babylah, ya. Jangan sampai jadi nomine best-bestan di Kompasianival 2022.

Keempat, Engkong sepanjang tahun 2022 menulis utamanya artikel-artikel tentang kuburan, kematian, dan bullying. Lha, kalau mau nomine, emangnya ada Best in Cemetry atau Best in Bullying? Amit-amit, deh. Apa kata Lesti Kejora?

Sekarang, dengan menyimak empat alasan di atas, kamu bisa paham kan, bahwa terkabulnya doa Engkong untuk gak jadi nomine itu bukan sebuah mukjizat?  

Engkong gak jadi nomine best-bestan di Kompasianival 2022 itu jelas-jelas by design, hasil rekayasa. Rekayasa siapa? Ya, Engkonglah! Kamu pikir Admin? Jangan suudzon, eh.

Itu balasan Engkong untuk para pencolek pantat.  "Fix no debat," kata Porhanger Jepe Jepe. (eFTe)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun