Tapi kecepatan angkat bidang barat lebih cepat (1.8 cm/tahun) dibanding bidang timur (0.5 cm/tahun). Akibatnya patahan itu terpenggal membentuk dua daratan yang terpisah oleh air.
Blok barat yang muncul lebih dulu menjadi daratan Samosir. Sedangkan blok timur yang muncul kemudian menjadi daratan Uluan, terentang dari Parapat di utara sampai Porsea di selatan.
Proses alami kemudian membentuk sejumlah teluk dan lembah di sisi barat blok Uluan. Aliran sungai yang bersumber dari Gunung simanuk-manuk di timur, juga dari hutan-hutan di sekitarnya, bermuara ke sisi barat blok, atau sisi timur danau. Proses erosi dan longsor membentuk teluk dan bentang lembah subur di ujungnya.Â
Salah satunya adalah Agadon. Paduan asri teluk, pantai, dan lembah perswahahan subur. Sangat ideal sebagai pemukiman orang Batak yang sejak lama telah menjadi komunitas pesawah lembah.
Sebenarnya lembah persawahan adalah fakta jamak di lingkar Danau Toba. Di sisi timur danau masih ada lembah Sigapiton dan Binangalom. Di selatan ada lembah Meat, Muara, Bakkara, dan Tipang. Di sisi barat ada lembah Sihotang dan Harianboho. Di sisi utara ada lembah Tongging dan Haranggaol.
Tapi tak ada yang sedamai, seindah, dan seeksotis Agadon. Persawahan di lembah Agadon adalah satu-satunya relung sawah bertingkat yang menghampar turun hingga ke tepi pantai teluk.
Dari ketinggian ujung lembah, atau dari atas bukit karst di sisi timur, tampak teluk Agadon bagaikan cermin berkilauan memantulkan biru langit. Mengalirkan keteduhan ke pelupuk mata, meresap ke sanubari, mencipta rasa damai dalam hati.
Dari mulut teluk Agadon, memandang ke timur, akan tampak hamparan sawah bertingkat yang seakan mendaki ke arah perbukitan, diapit oleh dua lereng semenanjung.Â
Peralihan warna biru air danau ke warna hijau persawahan, atau padi menguning -- tergantung musim -- bukan saja menawarkan sensasi transisi warna-warni alam. Tapi juga harapan kehidupan yang lebih baik, tersirat dari warna cerah hamparan padi yang menjanjikan panen berlimpah.