Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Agadon, Relung Terindah di Sisi Timur Danau Toba

14 November 2022   16:49 Diperbarui: 17 November 2022   01:10 1276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keindahan relung Agadon di sisi timur Danau Toba (Foto: Asmon Pardede)

Agadon, bukan Armagedon. Itu dua kata dengan makna bertolak-belakang. Agadon adalah kedamaian dan keindahan, sekeping surga di dunia. Armagedon adalah perang dan kehancuran di akhir zaman, kiamat dunia.

Barang siapa merindukan surga, mungkin baik baginya pergi ke Agadon. Sebuah relung kecil, setengah lingkaran, di ujung sebuah teluk kecil yang tersembunyi di sisi timur Danau Toba.

Tak banyak orang yang tahu tempat itu. Bahkan di kalangan orang Batak Toba sendiri. Jadi jangankan wisatawan domestik atau mancanegara.

Bukannya tak ada wisatawan yang mampir ke sana. Ada. Tapi jumlahnya terlalu kecil untuk dikatakan ada. Dibanding jumlah wisatawan yang mampir ke Parapat, Tomok, Tuktuk, dan Simanindo misalnya. Atau bahkan jika dibanding jumlah wisatawan yang mampir ke Bukit Holbung dan Sibea-bea di sisi barat Danau Toba.

Tapi mungkin ada baiknya begitu. Agadon, relung damai di sisi timur danau itu, mungkin diciptakan Tuhan untuk wisata hening. Semacam wisata religi tanpa ibadat. Cukup berdiri di sana, di tengah keheningan alam, mengosongkan beban pikiran sebagai ujud syukur kepada Sang Khalik.

Pikirkanlah. Adakah hal yang lebih indah dari itu?

Geowisata Agadon

Agadon itu adalah sebuah relung ekologis yang terbentuk oleh paduan teluk, pantai, lembah dengan sawah bertingkat, sungai yang membelah lembah, dan pemukiman penduduk di dua ujung semenanjung kecil yang mengapit teluk. Andai saja kedua ujung semenanjung itu saling mendekat, maka Agadon akan menjadi sebuah laguna tiada dua.

Relung Agadon dalam Google Map (Tangkapan layar Google Map)
Relung Agadon dalam Google Map (Tangkapan layar Google Map)

Relung Agadon itu berada di blok kaldera Uluan, berseberangan dengan blok kaldera Samosir. Kedua blok kaldera itu dipisahkan oleh sebuah selat -- disebut Selat Lontung -- yang merentang dari selatan ke utara danau pada sisi timurnya.

Merujuk tuturan R.W. van Bemmelen (1954) dan C.A. Chesner (2011), Samosir dan Uluan itu tadinya adalah patahan puncak Gunung Toba. Saat letusan maha dahsyat 74,000 tahun lalu, patahan puncak itu runtuh menjadi dasar kaldera. Sekitar 33,000 tahun lalu, tekanan magma dari perut gunung mengangkat patahan itu ke permukaan.

Tapi kecepatan angkat bidang barat lebih cepat (1.8 cm/tahun) dibanding bidang timur (0.5 cm/tahun). Akibatnya patahan itu terpenggal membentuk dua daratan yang terpisah oleh air.

Blok barat yang muncul lebih dulu menjadi daratan Samosir. Sedangkan blok timur yang muncul kemudian menjadi daratan Uluan, terentang dari Parapat di utara sampai Porsea di selatan.

Proses alami kemudian membentuk sejumlah teluk dan lembah di sisi barat blok Uluan. Aliran sungai yang bersumber dari Gunung simanuk-manuk di timur, juga dari hutan-hutan di sekitarnya, bermuara ke sisi barat blok, atau sisi timur danau. Proses erosi dan longsor membentuk teluk dan bentang lembah subur di ujungnya. 

Saujana Agadon dilihat dari punggung semenanjung utara. Tampak di kejauhan ujung selatan Pulau Samosir. (Foto: Goklas Sitorus) 
Saujana Agadon dilihat dari punggung semenanjung utara. Tampak di kejauhan ujung selatan Pulau Samosir. (Foto: Goklas Sitorus) 

Salah satunya adalah Agadon. Paduan asri teluk, pantai, dan lembah perswahahan subur. Sangat ideal sebagai pemukiman orang Batak yang sejak lama telah menjadi komunitas pesawah lembah.

Sebenarnya lembah persawahan adalah fakta jamak di lingkar Danau Toba. Di sisi timur danau masih ada lembah Sigapiton dan Binangalom. Di selatan ada lembah Meat, Muara, Bakkara, dan Tipang. Di sisi barat ada lembah Sihotang dan Harianboho. Di sisi utara ada lembah Tongging dan Haranggaol.

Tapi tak ada yang sedamai, seindah, dan seeksotis Agadon. Persawahan di lembah Agadon adalah satu-satunya relung sawah bertingkat yang menghampar turun hingga ke tepi pantai teluk.

Dari ketinggian ujung lembah, atau dari atas bukit karst di sisi timur, tampak teluk Agadon bagaikan cermin berkilauan memantulkan biru langit. Mengalirkan keteduhan ke pelupuk mata, meresap ke sanubari, mencipta rasa damai dalam hati.

Memandang hamparan Danau Toba dari atas perbukitan di timur lembah Agadon (Foto: Asmon Pardede)
Memandang hamparan Danau Toba dari atas perbukitan di timur lembah Agadon (Foto: Asmon Pardede)

Dari mulut teluk Agadon, memandang ke timur, akan tampak hamparan sawah bertingkat yang seakan mendaki ke arah perbukitan, diapit oleh dua lereng semenanjung. 

Peralihan warna biru air danau ke warna hijau persawahan, atau padi menguning -- tergantung musim -- bukan saja menawarkan sensasi transisi warna-warni alam. Tapi juga harapan kehidupan yang lebih baik, tersirat dari warna cerah hamparan padi yang menjanjikan panen berlimpah.

Tak hanya keheningan yang indah. Tapi juga kesejukan dan kesegaran. Berendam di Pantai Agadon yang jernih, bersih dari sampah kekotaan, adalah momen healing. Tak hanya penyegaran lahiriah, tapi juga penyegaran batin. Pemulihan kesehatan jiwa-raga yang terkuras habis oleh rutinitas kota yang menguras energi.

Kamu yang Lelah, Pergilah ke Agadon

Agadon mungkin tak terlalu mudah dijangkau saat ini. Akses ke sana belum baik. Jika lewat Bandara Internasional Silangit, maka harus berkendara ke Balige, ibukota Kabupaten Toba.

Dari Balige ada dua pilihan. Lewat danau naik kapal carteran, atau terus lewat darat menyusuri jalan raya trans-Sumatera sampai ke Desa Jangga, Kecamatan Lumbanjulu, 40 km di sebelah utara. Dari Desa Jangga Toruan, atau Desa Jangga Dolok, perjalanan ke Agadon akan menyusuri jalan pasir-batu (sirtu). 

Mungkin baik juga jika lewat Desa Jangga Dolok. Di desa ini bisa disaksikan replika rumah adat Batak tertua di Toba. Bukan aslinya. Karena rumah adat yang asli sudah terbakar habis tahun 2016.

Jarak dari Jangga Dolok ke Desa Sibaruang, tempat Agadon berada, kurang lebih 15 kilometer. Waktu tempuh bisa 45 menit sampai satu jam, karena kondisi jalan yang tak memungkinkan kendaraan dipacu cepat.

Bukan perjalanan yang mudah, perlu ketabahan. Tapi sekali tiba di Agadon, keindahan alam dan keramahan warga Batak setempat akan membayar lunas segala lelah. Bahkan lebih dari sekadar lunas, relung Agadon akan memberi lebih. Bukan semata kepuasan lahiriah. Tapi juga kepuasan batiniah.

Padi menguning dengan latar belakang teluk biru di relung Agadon. Alur berkelok warna hijau di tengah areal sawah adalah sungai. (Foto: Asmon Pardede)
Padi menguning dengan latar belakang teluk biru di relung Agadon. Alur berkelok warna hijau di tengah areal sawah adalah sungai. (Foto: Asmon Pardede)

Alam dan warga Agadon yang tersenyum menyambut kehadiran pengunjung ada obat penawar lelah. Bagi warga Agadon, atau Desa Sibaruang, seperti halnya aliran air dari Gunung Simanuk-manuk, kehadiran wisatawan ke Agadon juga adalah berkah dalam bentuk yang lain.

Semisal berkah sentuhan pembangunan akses jalan menuju Agadon. Sesuatu yang sangat diimpikan oleh warga Desa Sibaruang, perawat alam Agadon. 

Atau mungkin pengembangan rumah-rumah warga menjadi homestay untuk menampung wisatawan yang ingin bermalam sambil menyatu dengan warga setempat. Homestay yang menyatu dengan rumah warga mestinya lebih baik ketimbang mengundang investor untuk membangun hotel.

Atau, barangkali, ada baiknya juga jika Pemda Toba punya inisiatif untuk mengembangkan Agadon atau Desa Sibaruang menjadi desa wisata. Hal itu tidak hanya baik bagi kemajuan sosionomi warga desa, tapi juga untuk kemajuan ekonomi Toba.

Jadi, wahai kamu yang letih-lesu dan berbeban berat, pergilah ke Agadon. Temukanlah pemulihan jiwa-raga di sana. Dengan itu semua, warga setempat juga mungkin akan mencapai harapan hidup yang lebih baik.

Biarlah kedamaian dan keindahan relung Agadon menjadi berkah untuk semua. (eFTe)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun