Artinya, "Bunuh diri itulah. Kan kucari kasihku. Jangan kau sesali kelak. Â Aku anak si miskin ini."
Lelaki itu merasa dirinya tiada guna. Sudah miskin, gagal di rantau orang, ditinggal kawin pula oleh kekasih.
Lebih baik mati saja. Katanya diujung ratapan: "Asa tung sombu sombu ma roham tu au da ito." "Biar puas, puaslah hatimu padaku kekasih."
Kedua, kemiskinan yang tak tertanggungkan lagi.
Niat kuat bunuh diri akibat kemiskinan yang sedemikian parah, tak tertanggungkan, secara telanjang terbaca dalam lirik lagu Nangkok Au hu Dolok (Naik Aku ke Bukit) karya komponis Nahum Situmorang.Â
Subyek lagu itu sedemikian miskinnya. Tak ada orang lain dalam komunitasnya yang seburuk itu nasibnya. Sehingga dia  merasa bukan bagian dari komunitas itu.
Tak kuat menanggung derita akibat kemiskinannya, subyek lagu itu kemudian berteriak kepada alam agar nyawanya dicabut saja.
Katanya dalam nada putus asa yang luar biasa, Â "Sintakkon au da porhas. Lingkuppon au sombaon. Buatton au da begu. Unang hutaon na songonon."
Artinya, "Sambarlah aku ya petir. Lenyapkanlah aku ya dewa. Ambillah aku ya hantu. Agar ku lepas dari derita ini."
Kata-kata seperti itu mencerminkan kekalahan subyek terhadap hidup. Dengan segala derita kemiskinan, baginya mati lebih baik ketimbang hidup.Â
Begini lirik lagu itu selengkapnya: