"Situmurun!" Buntora, Badia, Hisar serentak bersorak sambil menunjuk ke arah air terjun yang jatuh ke danau dari puncak tebing.
Poltak, Binsar, dan Bistok takjub memandang air terjun itu. Untuk pertama kalinya mereka melihat air terjun sebesar dan setinggi itu. Dari seluruh murid SD Hutabolon, mereka menjadi yang pertama menyaksikannya.
"Situmurun itu tingginya tujuhpuluh meter. Ada tujuh tingkat." Ompung Golom, jurumudi, menjelaskan.
"Dari mana sumber airnya, ompung?" tanya Poltak.Â
"Dari gunung Simanuk-manuk."
"Bah. Banyak kalilah air di Simanuk-manuk itu." Poltak takjub.
"Itu berkah dari Namartua Simanuk-manuk. Roh leluhur kita yang bersemayam di sana." Ompung Golom menjelaskan.
Kapal berhenti tepat di samping air terjun. Poltak, Binsar, dan Bistok memandang takjub ke puncak air terjun.Â
"Rasanya kecil kali di bawah sini," bisik Poltak dalam hati.
"Ayo, mandi!" Buntora, Badia, dan Hisar bersorak. Bersamaan dengan itu, ketiganya sudah menyebur ke dasar air terjun. Telanjang bulat.
"Oi! Hati-hati kalian!" Tulang Juangsa mengingatkan.