Ah, salah sendiri Engkong gak ikutan bermedsos-ria. Jangan berdalih lansialah. Banyak juga tuh politisi gaek yang genit bermedsos-ria.
Tapi itu soal prinsip, sih. Sekali lagi, prinsip. Prinsip "medsos no, pansos no". Â
Lagi pula, kamu yang kini punya akun telegram gak usah sombonglah. Asal tahu saja, Engkong sudah main telegram tahun 1980-an di Kantor Telegram. Â Buat ngirim berita genting kepada orangtua: "ANAKMU KRISIS TITIK CEPAT KIRIM WESEL TITIK".
***
Duka-lara lantaran tak bermedsos itu baru satu. Â Masih ada yang lain. Engkong bikin daftarnya, ya.
Artikel tanpa apresiasi. Ini terjadi pada tahun awal menulis di Kompasiana (2014). Sedungu apa Engkong sehingga artikelnya gak jadi "Pilihan". Gak usah mikir HL dululah.
Tapi kemudian Engkong sadar, lalu belajar. Menulis di blog keroyokan macam Kompasiana, beda dengan menulis di jurnal ilmiah. Bukan saja dari segi gaya bahasa dan panjang artikel. Tapi terutama dari segi topik artikel. Tidak saja mesti spesifik, tapi harus memenuhi satu atau lebih nilai informasi yang diacu Admin Kompasiana (aktual, menarik, menghibur, bermanfaat, inspiratif, unik).
Copot label. Admin nyopot label "Pilihan" lantaran artikel dinilai sensitif atau berpotensi mencemarkan nama baik seseorang.Â
Ada satu kasus yang Engkong tak bisa terima yaitu pencopotan label "Pilihan" pada artikel pelaporan plagiat di Kompasiana. Menurut Engkong plagiator itu sudah mencemarkan nama baiknya sendiri. Jadi apa perlunya dilindungi lagi?
Penghapusan artikel. Engkong pernah mengalami ini. Ada rekan kompasianer yang berkeberatan dengan artikel yang Engkong tulis. Alasannya mendiskreditkan dirinya.Â
Setelah melalui adu argumen, demi "hubungan baik sesama kompasianer", Engkong memutuskan menghapus sendiri artikel yang dipermasalahkan. Â Sedih rasanya. Â