Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Riwayat Subyektif Perubahan Makna Jalan Kaki

17 Oktober 2022   14:54 Diperbarui: 17 Oktober 2022   19:27 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keluar dari SMP Seminari , Poltak kembali ke Toba. Dia melanjutkan pendidikan di sebuah SMA Negeri di pinggiran kota Porsea.  

Sebenarnya tiap pagi banyak oplet dari kota Porsea, tempat mondok Poltak, hilir-mudik mengantar anak sekolah SMP dan SMA. Tapi itu butuh ongkos.  Poltak memutuskan pergi-pulang sekolah naik sepeda kumbang warisan kakeknya, bolak-balik total 8 km tiap hari.  

Bagi Poltak naik sepeda, anggap itu setara jalan kaki, semasa SMA adalah pilihan sadar demi efisiensi ekonomi. Maklum uang sakunya terbatas.

Masa Dewasa Tahun 1980-2000-an

Masa dewasa Poltak terdiri dari dua bagian besar.  Pertama, masa perkuliahan tahun 1980-an ( S1 dan S2), disambi kerja magang riset. Saat kuliah S1 pada paruh pertama 1980-an, Poltak ngontrak kamar di Babakan Tegalmangga, persis di belakang Kampus IPB Baranangsiang.  

Babakan Tegalmangga dan kampus dipisahkan oleh sebuah lembahyang dialiri sungai. Tiap hari Poltak harus naik-turun lembah saat pergi ke atau pulang dari kampus. Jarak totalnya, jika bolak-balik, sekitar 1.5 km.  

Saat melanjutkan kuliah S2 di UKSW Salatiga, Poltak sehari-hari naik sepeda.  Masa itu adalah dua tahun keliling Salatiga naik sepeda.  Ke kampus, ke pasar, ke bioskop, ke gereja, ke pusat oleh-oleh,  dan ke pusat jajanan.

Kedua, tahun 1990-an sampai 2000-an.  Poltak memasuki masa kerja sebagai pengajar dan peneliti di Perguruan Tinggi. 

Duapuluh tahun itu adalah mobilitas fisik menggunakan perpaduan angkot, bus/kereta api, ojek, dan jalan kaki.  Hal itu harus dilakukan untuk menyiasati tempat mengajar yang jauh, kadang di dua tempat dengan waktu yang berdekatan.

Apalagi saar Poltak memutuskan pindah tempat tinggal ke Jakarta.  Sementara pekerjaan ada di Bogor.  Ketergantungan pada bus/kereta api dan angkot semakin besar.  

Tapi jalan kaki tetap saja tak tertinggalkan.  Jalan kaki ke stasiun/terminal, kantor, dan rumah.  Termasuk mengejar bus dan kereta api. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun