Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Riwayat Subyektif Perubahan Makna Jalan Kaki

17 Oktober 2022   14:54 Diperbarui: 17 Oktober 2022   19:27 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belum terhitung ke sawah, ke pancuran, ke lesung air, ke kampung tetangga,  dan ke hutan untuk cari kayu bakar atau buah-buahan.

Tidak ada itu naik "kereta" (motor) atau "motor" (bus penumpang). Naik "motor" (bus) itu hanya kalau ke pasar Tigaraja atau Parapat, sejauh 14 km. Atau kalau bepergian ke kota atau desa di Sumatra Timur.

Bagi Poltak waktu itu, jalan kaki adalah satu-satunya cara yang paling masuk akal untuk bepergian antar kampung. Sebab tak ada angkutan desa. Kendaraan umum antar-kota (AKDP/AKAP) yang melintas di jalan raya  tak mau mengangkut. 

Masa Remaja Tahun 1970-an

Poltak menghabiskan masa remaja di dua kota yang berbeda. Masa SMP di kota Pematang Siantar (Simalungun), bersekolah di Seminari Menengah, sekolah calon pastor.  Masa SMA di kota Porsea (Toba), bersekolah di SMA Negeri.

Masa SMP di Seminari adalah tiga tahun penuh jalan kaki. Sehari-hari di  dalam dan luar lingkungan asrama. 

Tiap hari Minggu, antara pukul 9.00-12.00  WIB, ada kesempatan jalan-jalan ke luar asrama . Wajib jalan kaki minimal bertiga satu kelompok. Maksudnya jika dua orang bertengkar, ada orang ketiga yang menengahi (kalau bukan mengompori). 

Kemana tujuannya, terserah.  Di dalam kota boleh.  Ke pinggiran kota juga boleh.  Yang penting jalan kaki dan sudah harus pulang ke asrama sebelum jam makan siang (pukul 12.00 WIB).

Ada pula program long march sekali setahun tanpa uang saku. Waktu kelas prima (1 SMP) dan secunda (2), Poltak dan kawan sekelas long march sejauh 25 km dari Siantar ke Tigadolok, di selatan kota arah Parapat.  

Waktu kelas tertia (3), jarak long march lebih jauh lagi, 50 km dari Siantar ke Parapat. Pakai sandal jepit, kadang nyeker.  Berangkat tengah malam dari asrama Siantar, tiba sekitar pukul 08.00 pagi di Seminari Agung Parapat.  

Jalan kaki di Seminari itu sesuatu yang terprogram.  Jalan kaki dimaknai sebagai wahana solidaritas kelompok, pengenalan lingkungan sekitar, dan pengujian daya tahan fisik dan psikis.  Itu kualitas yang harus melekat pada seorang pastor Katolik di daerah. Seban nantinya, bila sudah jadi pastor, mungkin akan ditugaskan di tempat terpencil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun