Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gondang Bolon Batak: Suaka Terakhir di Hutatinggi Toba [Bagian 4]

13 Oktober 2022   21:49 Diperbarui: 27 April 2023   04:44 1219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Film dokomenter itu dengan jelas menunjukkan fungsi Gondang Bolon -- berikut tortor atau gerak tari --dalam ritual Sipahalima Ugamo Malim sebagai tonggo-tonggo, doa, kepada Mulajadi Na Bolon dan para utusan sucinya. Itulah fungsi dan makna asli Gondang Bolon, sebagaimana dahulu ditegakkan oleh leluhur orang Batak.

Wasanakata

Sejatinya semua pargonsi, penampil Gondang Bolon Batak, di Tanah Batak mampu nemainkan repertoar Gondang Sipitu dan gondang-gondang lain yang menjadi doa Ugamo Malim.  

Masalahnya, bagi para pargonsi yang beragama Protestan dan Katolik, memainkan gondang-gondang itu "sesuai pemaknaan asli" akan menjadi pengingkaran terhadap imannya.

Konflik iman seperti itu menjadi faktor pembatas dalam pengintegrasian Gondang Batak ke dalam musik ritual Protestan dan Katolik. Memang pendekatan gereja inkulturatif secara terbatas telah mengadopsi gondang dalam musik gerejawi. Itu pantas dihargai. Tapi juga harus  diakui gondang senantiasa disubordinasikan terhadap musik diatonik (Barat) gereja.

Jadi suaka terakhir bagi Gondang Bolon sebagai doa kepada Mulajadi Na Bolon, tak bisa lain, hanyalah Pameleon Bolon Sipahalima Ugamo Parmalim. Beruntung Sipahalima telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia (2016). Sehingga statusnya sebagai suaka Gondang Bolon menjadi lebih pasti.

Tapi itu saja tidak cukup. Diperlukan dukungan kongkrit khususnya Pemerintah Daerah untuk memfasilitasi kelangsungan Ugamo Malim dengan segala ritualnya, terutama Sipahalima. 

Sipahalima itu bukan saja aset religi dan budaya, tapi juga aset wisata religi dan budaya Batak. Dia adalah modal sosio-religi yang berpotensi memberi sumbangan sosial-ekonomi signifikan bagi masyarakat dan daerah Toba. (eFTe)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun