Ritual Pameleon Bolon Sipahalima Ugamo Malim di Hutatinggi, Laguboti Toba adalah suaka terakhir bagi Gondang Bolon Batak yang asli. Parugamo Malim, atau Parmalim, adalah pemangku kelestarian gondang sebagai repertoar doa kepada Mulajadi Na Bolon.
Dalam artikel sebelumnya (Bagian 2), saya sudah sebutkan Gondang Bolon Batak terintegrasi ke dalam Ugamo Malim sebagai ansambel musik religi. Gondang di situ berfungsi sebagai doa pujian, permohonan, dan syukur kepada Dewata Mulajadi Na Bolon, Asal-mula Yang Agung.
Hal itu terjadi karena, bertolak-belakang dengan Gereja HKBP dan Katolik (baca Bagian 3), musik diatonis Barat ditolak dalam Ugamo Malim. Sebagai  religi asli Batak, Ugamo Malim mempertahankan Gondang Bolon sebagai musik peribadatan.
Gondang Bolon itu inheren dalam ritual Ugamo Malim sebagai wahana penyampaian tonggo-tonggo, doa, kepada Mulajadi Na Bolon. Â Parmalim berkomunikasi dengan Dewata Mulajadi Nabolon melalui media komunikasi Gondang Bolon. Karena itu gondang diperlakukan sebagai "bahasa musik yang sakral".
Fungsi mutlak Gondang Bolon itu terutama terlihat pada ritual Pameleon Bolon Sipahalima, Persembahan Agung Bulan Kelima dalam penanggalan Batak. Â Ini ritual terbesar dalam Ugamo Malim. Â
Ritual Sipahalima itu selalu dilaksanakan di pusat Ugamo Malim yaitu di Bale Pasogit Parsantian Hutatinggi, Laguboti-Toba. Pelaksanaannya, selama tiga hari, jatuh dalam rentang bulan Juni-Agustus.
Pelaksanaan Sipahalima itu selalu memanggungkan Gondang Bolon (Sabangunan) sebagai bagian integral peribadatan. Â Bisa dikatakan, ritual Sipahalima tidak sah apabila tidak disertai Gondang Bolon. Â Itu sebabnya Sipahalima layak disebut suaka terakhir Gondang Bolon yang asli.
Tapi sebelum membahas hal itu, perlu menjelaskan apa dan bagaimana Ugamo Malim terlebih dahulu. Secara ringkas saja, sebagai pengenalan konteks sosial.
Sekilas tentang Ugamo Malim
Walau sejumlah peneliti menyimpulkan Ugamo Malim itu adalah sinkretisme, pemaduan ajjaran religi Batak, Hindu, Islam, dan Kristen, di sini  saya hendak menjelaskan religi itu menurut pemahaman penganutnya saja.
Dalam kerangka pemahaman Parmalim, Sisingamangaraja XII adalah pendeta-raja untuk religi asli Batak Toba yang diwariskan leluhur secara turun-temurun sejak era Si Raja Batak, entitas Batak pertama. Â