Entahlah. Hanya perempuan dokter gigi yang tahu.
Perempuan psikolog sebelas dubelaslah. Poltak gak kuat bila istrinya lebih perduli pada amigdalanya setiap saat. Seolah-olah tak ada organ vital lain pada tubuh lelaki selain jeroan otak sebesar kacang almond itu.
Tapi ada yang lebih menyakitkan. Poltak gak bakal kuat bila istrinya lebih bernafsu mendengarkan curhatan suami orang ketimbang suami sendiri. Okelah, dia dibayar untuk itu. Lalu apa artinya cinta?
Ah, sudahlah. Poltak bisa saja memberi seribu satu alasan selama seribu satu malam.
Tapi dia tidak bisa mengubah fakta bahwa Berta, istri tunggalnya, bukan seorang psikolog dan bukan juga seorang dikter gigi.
Seandainya Berta seorang psikolog, atau dokter gigi, sudah pasti alasan-alasan di atas tak akan pernah  terpikirkan oleh Poltak. Sebab bukankah cinta akan mengubah cara pandang?
Ah, kalau begitu, bukankah amigdala menjadi sangat vital?
Dan bukankah gigi yang sehat penting untuk memperindah senyum penuh cinta?
Kalau begitu, lupakanlah pertanyaan pada judul artikel ini. (eFTe)
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H