Terakhir (Minggu 2/10/2022 sekitar pukul 18.25), Kompas TV melaporkan korban tewas akibat kerusuhan itu tercatat 131 orang. Stadion Kanjuruhan baru saja mencetak rekor kerusuhan terburuk dalam sepakbola modern, sejak tragedi Stadion Nasional Peru (1964) yang menelan korban jiwa 326 orang.
***
Tanpa bermaksud menunjuk hidung pihak yang salah, tragedi Kanjuruhan bisa dijelaskan sebagai konsekuensi pemaknaan sepakbola sebagai bisnis kapitalistik  semata.
Prinsip bisnis kapitalistik adalah mendapatkan manfaat (keuntungan) sebesar-besarnya dengan korbanan (biaya) yang sekecil-kecilnya.Â
Perhatikan fakta ini. Kapasitas maksimal Stadion Kanjuruhan 38.000 penonton. Â Saat laga derby Arema versus Persebaya, tiket terjual 42.000 lembar. Â Stadion over capacity, pendapatan dari penjualan tiket melonjak.
Sementara itu dilaporkan jumlah aparat keamanan di stadion jauh dari kelayakan untuk mengendalikan 42.000 penonton. Terlebih penonton terdiri dari dua kubu yang secara historis terkenal fanatik, garang dan gampang tersulut untuk anarkis.Â
Bisa diduga, keterbatasan kekuatan aparat itu berkaitan dengan upaya menekan biaya pertandingan. Dengan maksud untuk meningkatkan penerimaan bersih dari tiket, sponsor, dan iklan.
Juga fakta ini. Polres Malang sudah minta resmi kepada panitia pelaksana agar laga Arema versus Persebaya dimajukan ke pukul 15.30 WiB. Alasannya untuk memudahkan penanganan seandainya terjadi kerusuhan penonton. Ini mengingat kedua tim itu punya basis massa pendukung fanatik yang sangat luas.
Tapi panitia tetap bersikukuh melaksanakan laga malam hari, pukul 20.00 WIB. Â Motifnya jelas. Itu prime time siaran televisi. Penonton siaran pasti ramai, iklan akan membanjir, dan itu berarti cuan.Â
Jelas bahwa keserakahan telah dimenangkan di atas keamanan dalam laga Arema versus Persebaya.Â
Kekhawatiran pihak kepolisian benar-benar jadi kenyataan. Ribuan pendukung fanatik Arema tidak bisa menerima fakta kekalahan tim kesayangannya di kandang sendiri. Mereka kecewa, sakit hati, marah, lalu melompati pagar pembatas untuk kemudian membanjiri lapangan. Mereka ingin minta pertanggungjawaban Arema atas kekalahan yang menyakitkan itu. Â Â