Admin Kompasiana itu pilih bulu. Kalau plagiator puisi karya SDD, misalnya, langsung ditindak. Puisinya langsung dihapus. Beberapa waktu kemudian setelah dilaporkan seorang kompasianer kenthir.
Kalau plagiator karya sendiri, walau itu parafrase, artikelnya langsung dihapus. Contohnya artikel Kakek Merza -- gak tau artikel mana, sudah dihapus Admin, sih. Â
Itu artinya Admin lebih suka bulu Kakek Merza ketimbang bulu Mas Plagiator Puisi SDD, kan? Ngomong-ngomong, bulu kakek-kakek apa bagusnya, ya. Engkong aja jijay tralala ngelirik bulu sendiri.
(FYEO or FYI, pilih mana suka. Suwer, Engkong gak punya bulu, blas.)
Dasar Admin menilai satu tulisan itu plagiat jika 25 persen isinya memiliki kesamaan dengan tulisan online terdahulu karangan orang lain di tempat lain.
Benarkah begitu?
Jelas gak benerlah! Engkong kasih bukti tulisan-tulisan plagiat di Kompasiana yang gak ditindak Admin, ya. Biar gak dicap omdo.
Kamu tahu kan frasa-frasa berikut ini? Kamu pasti tahu juga siapa penulisnya, kan? Beberapa contoh saja:
"Dahsyat."
"Terimakasih telah berbagi pernak-pernik ....:"
"Wkwkwk ...."
"Apik."
"Mantap."
"Horas, kamsia Fei Lie Tan."
"Apelo."
Kalimat-kalimat atau frasa-frasa di atas muncul berulang-ulang di artikel-artikel Kompasiana. Tapi Admin K meneng ae, tuh. Gak ada tindakan. Padahal itu kasus plagiasi 26-100 persen, lho.
Kamu tahu kenapa Admin K tak berdaya menindak plagiator-plagiator frasa dan kalimat itu?
Simpel. Karena frasa atau kalimat plagiat itu ada di kolom komentar. Rupanya mesin anti-plagiat Kompasiana tidak diajar untuk membaca komentar di bawah artikel.
Apa implikasinya?
Kalau kamu mau artikel plagiatmu tampil sebagai AU di Kompasiana, salin-tempel aja di kolom komentar sembarang artikel yang lagi AU.Â
Dijamin aman!Â
Ini hari Sabtu. Ibu pergi ke pasar. Ayah pergi ke kantor. Bohong, Sabtu kantor tutup. (eFTe)
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H