Ketika artikel yang sama -- "Ayo, Kembali ke Papan Tulis!" -- saya bagikan di grup perpesanan pengulik karakter bangsa, respon rekan-rekan sangat positif.
Rekan-rekan sepakat, papan tulis tulus itu media ajar yang paling efisien dan efektif sebagai media ajar. Mampu menjadi simpul keakraban antar guru dan murid. Sekaligus menghasilkan kepuasan belajar-mengajar pada kedua pihak. Â
Paling menarik, seorang rekan pengajar yang dikenal sebagai sosok deviant, dalam arti kreatif dan out of the box, memberikan satu contoh soal klasik geometri sebagai ilustrasi.
Soalnya begini: Terdapat dua lingkaran, A dan B. Panjang jari-jari lingkaran A (R) adalah 4 kali panjang jari-jari lingkaran B (r). Sehingga R = 4r. Pertanyaan: Berapa putaran rotasi yang diperlukan lingkaran B untuk sekali mengelilingi lingkaran A Â dari sisi luar?
Jawaban: A. 4.0 putaran; B. 4.5 putaran; C. 5.0 putaran; C. 5.5 putaran. Pilih jawaban yang benar dengan pembuktian.
Menurut rekan tadi, 90 persen orang akan memberi jawaban salah atas soal itu pada kesempatan pertama.
Jawaban yang benar akan membuat orang terperangah. Nah, menurut pengalaman rekan tadi, Â sejak jadi murid SMA sampai kini jadi pengajar mahasiswa, media terbaik untuk menjelaskan jawaban itu adalah papan tulis.
"Saya memerlukan papan tulis untuk orat-oret penjelasan," katanya. "Perlu dibuktikan dengan gambar geometri sederhana. Lalu pembuktian matematis," lanjutnya.Â
Intinya, dia bilang, "Tak ada media lain yang lebih efesien, efektif, dan memuaskan untuk menjelaskan suatu persoalan di dalam kelas, dibanding papan tulis.
Sekarang, ibu dan bapak guru, tolong maju ke depan. Kerjakan soal geometri tadi di papan tulis.
***