Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pembunuhan Karakter Kompasianer oleh Pengecek Plagiarisme

7 Juni 2022   09:00 Diperbarui: 7 Juni 2022   10:24 1375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di Kompasiana, setahu saya, Uda Merza adalah sumber paling kredibel menyangkut isu ekonomi dan manajemen syariah. Utamanya soal bank syariah dan wisata halal.

Karena itu pemblokiran akun Uda Merza merupakan kehilangan substantif untuk Kompasiana. Sekaligus juga perampasan hak pembaca Kompasiana mendapat pembelajaran dan pencerdasan soal ekonomi dan manajemen syariah.

Secara logika, dengan reputasi sebagai penulis sejumlah buku dan artikel di luar Kompasiana, Uda Merza mestinya sudah mencapai taraf menjadikan diri sendiri sebagai instrumen anti-plagiarisme. Di alam pikurnya sudah tertanam etika pengutipan tulisan yaitu pengakuan terhadap penulis lain dan sumber tulisan asli.

Uda Merza pasti tidak menggunakan pengecek plagiarisme setiap kali selesai menulis. Karena, berdasar pengalaman panjang sebagai penulis, dia yakin telah mengikuti kaidah penulisan yang bersih dari plagiasi. 

Saya yakin bukan hanya Uda Merza tapi sejumlah kompasianer dengan riwayat kepenulisan yang panjang juga begitu. Sebut misalnya Ronny R. Noor,  I Ketut Suweca, Ludiro Madu, Suprihati, Inosensius I. Sigaze, Jepe Jepe, Irwan R. Sikumbang, dan Khrisna Pabichara.

Mereka itu sudah punya "gaya pribadi", semacam signature, dalam menulis. Dengan signature itulah mereka mendapatkan centang "kredibilitas" biru di Kompasiana.

Karena itu terasa aneh jika Uda Merza kemudian divonis plagiator dan dikenai sanksi keras. Pertama,  degradasi  status dari verifikasi biru ke validasi hijau saat tiga artikelnya terindikasi plagiat. Kedua, pemblokiran akun saat secara kumulatif lima artikelnya terindikasi plagiat.

Jadi, sulit kiranya menerima fakta penulis sekaliber Uda Merza secara sengaja telah melakukan tindak plagiasi sampai lima kali dalam waktu relatif berdekatan. Sebab, pertama, diri Uda Merza mestinya telah menjadi instrumen anti-plagiasi yang mumpuni. Kedua, dia sangat paham dampak  negatif plagiasi terhadap reputasinya sebagai penulis dan pembicara publik. Ketiga, dia tak punya cukup motif untuk melakukan plagiasi karena sudah punya "nama dan dana" sejak sebelum aktif di Kompasiana.  

Kalau begitu, kira-kira apa yang mungkin telah terjadi dalam kasus Uda Merza ini.

***

Dugaan saya penyebabnya adalah "kepercayaan mutlak" Admin Kompasiana terhadap cara kerja dan penilaian aplikasi anti plagiarisme. Itu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun