Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Poltak #092] O Tao Toba Na Uli

30 Mei 2022   04:36 Diperbarui: 31 Mei 2022   05:28 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Ilustrasi kolase foto oleh FT (Foto: kompas.com/dok. istimewa)

"Bah! Poltak! Berta! Kalian marhallet, ya?"

"Tidak, Gurunami. Kami marpariban." Poltak menegaskan Berta dan dirinya marpariban, bukan marhallet, berpacaran.  

"Bah! Jonder, mereka marpariban. Tak bisalah Pak Guru larang itu. Jangan angek pula kau."

Memang angek, iri kalilah Si Jonder itu pada Si Poltak. Lantaran dia tak punya pariban, putri paman.

Haluan kapal kini tepat mengarah ke Tomok, kampung di seberang timur Parapat. Ke sana tujuan akhir darmawisata.

Poltak masih berdiri di ujung geladak haluan. Memandang sekeliling. "Agoi amang, uli nai tahe Tao Toba on." Dia berseru dalam hati, mengagumi Tao Toba na uli, yang indah.

Danau seluas 1,124 kilometer persegi itu, dengan daratan Samosir di tengahnya, terbentuk oleh letusan maha dahsyat Gunung Toba 74,000 tahun lalu.  Letusan itu telah meluluh-lantakkan rupa bumi Toba. Membunuh banyak manusia, hewan, dan tumbuhan. Menyemburkan 5,000 kilometer kubik debu ke udara. Sehingga bumi dilanda musim dingin vulkanik sampai 10 tahun.

Poltak melempar pandang ke utara. Jauh di sana, tampak siluet biru Gunung Singgalang. Bergeser ke arah kanan, di sebelah timur laut, tampak Dolok Simarjarunjung. Memutar ke timur, di kejauhan tampak puncak  Gunung Simanukmanuk. "Di kaki gunung itu kampung halamanku," katanya dalam hati.

Poltak menatap jauh ke Tomok. Kampung itu berada di lembah berdindingkan tebing raksasa di sebelah baratnya. Pada dinding tebing itu, terbuat dari pepohonan Pinus merkusi, terukir tulisan RIMBA CIPTAAN. 

"Bagaimana mungkin letusan gunung maha dahsyat bisa menghasilkan alam seindah ini," pikir Poltak, heran sekaligus takjub.

Poltak belum paham, itulah  rahasia keadilan Tuhan. Habis bencana terbitlah berkah. Setelah kerusakan, timbullah keindahan.

"Angka dolok na timbo." Telinga Poltak tiba-tiba menangkap senandung indah. Itu baris pertama lagu O Tao Toba, gubahan Guru Nahum Situmorang yang tersohor.

"Ah, Berta bernyanyi," teriak Poltak dalam hati. Poltak berlari kecil ke arah Berta dan kawan-kawannya. "Stop dulu, Berta," pintanya.

Poltak beralih kepada kenek, kondektur kapal. "Bang, kulihat ada gitar di situ," menunjuk ke gitar yang tergantung di dinding kabin, "Abang bisa main gitar, kan?"

"Bisalah. Abang jagonya."

"Ayo, mainkan, Bang. Lagu O Tao Toba.

Poltak menoleh pada Alogo. "Alogo! Ayolah, kau duet sama Berta!"

"Bagus! Pak Guru mau menikmati kalian bernyanyi." Itu perintah halus yang tak mungkin lagi dibantah.  

“Kita nyanyi di atap saja.”  Bang Kenek mengajak Berta dan Alogo naik ke atap kapal yang telah diubah jadi anjungan pandang.

Anak-anak sebagian ikut naik, sebagian lagi di geladak haluan. Poltak berdiri di ujung geladak haluan itu. Dari situ dia leluasa memandang Berta di atap.

Bang Kenek mulai memetik gitarnya. Intro dulu. Lalu Berta, dengan suara soprannya, melantunkan bait pertama.

Angka dolok na timbo
Do manghaliangi ho
O tao toba na uli
Tapianmu na tio
I tongtong dibahen ho
Dalan lao tu pulomi

(Gunung-gunung tinggi
Memagari engkau
Oh Tao Toba nan indah
Airmu yang jernih
Selalu engkau jadikan
Jalan menuju pulaumu)

"O ale Tuhan! Merdu kalipun suara Berta ini. Damai hati awak mendengarnya," bisik Poltak dalam hati.  "Tuhan mungkin menciptakan Berta di hari Minggu." Dia menduga-duga. Dan dugaannya tak keliru. Berta memang lahir di hari Minggu.

Giliran Alogo, dengan suara tenornya, melantunkan bait kedua:

Haumana tung bolak
Adaranna pe lomak
Di pangisi ni luat mi
Pinahanna pe rarat
Pandaraman pe bahat
Nahumaliang topi mi

(Sawah terhampar luas
Padang rumput  menghijau
Bagi para pemukimmu
Ternakpun berserak
Pencaharianpun banyak
Di sekeliling pantaimu)

Poltak menghembuskan nafas, puas. "Ah, sempurna, Tuhan." 

Lagu memasuki bagian refrain. Bahana duet sopran Berta dan tenor Alogo memenuhi udara danau. Anginpun berhenti bertiup untuk mendengarnya.

O Tao Toba
Rajani sudena tao
Tao na samurung na lumobi ulimi
Molo huida rupami sian na dao
Tudos tu intan do denggan jala uli

Baritani hinaulim di tano on
Umpamani hinajogim di portibi on
Mambahen masihol saluhutni nasa bangso
Mamereng ho o T
ao Toba na uli.

(Oh Tao Toba
Raja segala danau
Danau tiada dua nan maha indah
Bila kutatap wajahmu dari jauh
Ibarat intan yang bagus dan indah

Berita keindahanmu di bumi ini
Cerita keelokanmu di dunia ini
Membuat rindu segala bangsa
Melihatmu oh Tao Toba nan indah.)

Ekspresi wajah dan gerak tubuh Berta dan Alogo mencerminkan penjiwaan lagu yang luar biasa. Seluruh pendengar terserap ke dalam syair keindahan Tao Toba. Tak terkecuali Poltak, tentu saja.

Di akhir lagu, menjelang coda, Berta turun dari atap kapal, melangkah menuju ujung geladak haluan. Poltak memutar tubuhnya memberi tempat kepada Berta, sehingga dia berdiri tepat di belakangnya.

Berta merentangkan kedua tangannya, memandang lurus ke arah Tomok, lalu menyanyikan coda. “Mamereng ho o Tao Toba na uli. O Tao Toba na uli.

Tepat di ujung coda, sebuah ombak menghantam haluan. Kapal bergoyang. Berta kehilangan keseimbangan. Spontan Poltak menangkap pinggangnya dari belakang. 

Heroik. Ah, tidak, tapi estetik dan romantik. Maka tepuk tangan dan sorak-sorai membahana.

Duapuluh empat tahun kemudian, adegan Berta dan Poltak itu dicontek oleh Kate Winslet dan Leonardo DiCaprio dalam film Titanic. (Bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun