Tapi, Â terlepas kamu bisa berempati atau tidak, tetap saja plagiasi itu kejahatan hina. Â Jika terbongkar, dan biasanya begitu, maka habislah nama baiknya, bahkan karirnya.
Silahkan ketik "profesor doktor plagiat" pada peramban Google, maka kamu akan dapatkan berita dosen dan mahasiswa plagiat di berbagai kampus di Indonesia. Saya tak ingin memberi contoh di sini.Â
Tapi jelas diberitakan kredibilitas dan karir mereka runtuh. Mereka menjadi contoh bagi pepatah tua "Karena  nila setitik, rusak susu sebelanga."
Ah, sudahlah. Tak usah pikirkan mereka. Pikirkanlag tentang dirimu, bagaimana caramu agar terhindar dari perbuatan jahat itu.Â
***
Caranya sederhana. Kuatkan potensi diri sebagai instrumen anti-plagiasi. Gampang, kan?
Jangan tanya tipnya bagaimana. Sumpeh, gue gak punya tip.
Tapi saya bisa bagikan sesuatu yang bisa dibilang my way. Bukan untuk diteladan, ya. Â Sekadar contoh saja.Â
Beginilah caraku:
- Memilih dan menggunakan sudut pandang beda dari yang lazim untuk menganalisis dan menulis tentang satu topik. Ambil contoh tentang kinerja Timnas Sepakbola Indonesia di SEA Games 2021.
- Memperlakukan semua tulisan tentang Timnas Indonesia sebagai data tekstual (dokumen), bukan teks rujukan. Konsekuensinya data tekstual mesti disarikan dan diolah, tidak dikutip mentah begitu saja.
- Membiarkan imajinasi lepas mengelana, tapi dalam koridor ikhwal Timnas Indonesia. Itu akan menyumbang keunikan terhadap sistematika dan isi tulisan.
- Menghindari teknik kliping untuk membangun tubuh tulisan. Misalnya, mencomot paragraf-paragraf dari berbagai tulisan tentang Timnas Indonesia. Itu jelas jebakan plagiat. Juga "jembatan keledai" yang hanya dilalui "keledai".
- Menggunakan gaya bahasa dan diksi yang telah menjadi signature sendiri. (Ini gayaku!) Â Dengan begitu, kemungkinan plagiasi dipersempit.
Nah, kalau sudut pandang sudah beda, teks tulisan lain telah diperlakukan sebagai data, teknik kliping dihindari, dan pakai gaya bahasa sendiri, maka kemungkinan plagiasi akan tereliminasi.
It works. Setidaknya begitu pengalaman saya sejauh ini.Â