Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Diri Sendiri adalah Instrumen Anti-Plagiat Terbaik

21 Mei 2022   22:38 Diperbarui: 22 Mei 2022   08:43 652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nah, kalau sejak dari pikiran sudah mememutuskan jadi plagiat, lalu apa gunanya pakai aplikasi cek plagiat. Pengen tahu kadar plagiasimu? Bah, biar kadarnya 95 persen juga, sabodo teuing.

Kalau sudah diniatkan plagiasi, ya,  pastilah kadar plagiasinya tinggi. Mungkin 99 persen. Hanya beda judul dan nama penulis.

Jelas, bukan? Kenapa saya bilang diri sendiri adalah instrumen anti-plagiasi terbaik?

Aplikasi cek plagiat tak akan mencegahmu menjadi plagiat. Dia hanya memberitahu bahwa kamu sudah menjadi plagiator (atau belum).

Dirimu sendirilah instrumen tunggal yang bisa memutuskan apakah kamu mau menjadi plagiator atau tidak. 

Itu adalah, saya ulangi, keputusan etik. Karena menyangkut penghargaan atau sebaliknya perendahan pada marwah orang lain dan diri sendiri. Juga pengakuan atau sebaliknya pengabaian pada hak cipta milik orang lain. 

Kita tahu, plagiat atau plagiasi adalah pencurian seluruh atau sebagian karya literasi orang lain, dan kemudian mengklaimnya sebagai hasil karya sendiri.

Catat, itu pencurian. Karena itu plagiasi menghinakan diri sendiri dan pemilik karya. Di satu pihak plagiator menjadi hina karena menepuk dada atas karya orang lain. 

Di pihak lain penulis asli direndahkan karena dianggap tidak eksis. Tidak diakui haknya sebagai pemilik tulisan atau cuplikan tulisan.

Kamu baru bisa merasakan betapa sakitnya, dan hinanya, sebagai penulis saat tulisanmu diklaim orang lain sebagai hasil karyanya.

Ah, lupa. Kalau kamu seorang plagiator profesional, kamu memang tak mungkin berempati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun