Sifat massal pengucapan selamat semakin menjadi. Sebab selain memfasilitasi chat antar individu, WA juga melayani komunikasi grup atau WA Group (WAG). Membagi satu pesan ucapan selamat Natal atau Idul Fitri yang sama untuk semua kontak yang relevan di daftar WA menjadi lazim.
Begitu pula berbagi satu ucapan yang sama di dalam sejumlah WAG yang diikuti. Itu diterima sebagai kelaziman.
Saya sendiri melakukannya. Satu template ucapan selamat Natal atau Idul Fitri untuk semua kontak yang relevan. Â Tanpa membedakan kedekatan perkerabatan dan persahabatan, baik sosial maupun emosional. Sejauh satu nama ada di daftar kontak, ya, dikirimi saja ucapan selamat.
Kerap juga menemouh cara instan. Salin tempel ucapan teman yang dinilai bagus. Entah itu verbal atau piktorial -- kartu digital, anime, atau video pendek. Fitur WA memungkinkan itu, bahkan dengan sedikit modifikasi. Walau saya menjadi plagiat ucapan selamat.
Cara semacam itu bisa bikin kita mengelus dada. Sebab bisa saja ucapan kita disalin-tempel teman, dikirim ke temannya. Temannya mengirim lagi ke temannya. Begitu terus sampai kemudian ucapan itu dikirim teman lagi kembali lagi kepada kita.
Jangan ketawa, ya. Menurut teori six degree of separation dari Stanley Milgram, hal itu bisa saja terjadi. Kata Milgram, seseorang bisa terhubung kepada orang keenam setelah melalui lima orang.Â
Dan memang benar terjadi. Beberapa kali saya temukan di WAG yang berbeda ada ucapan selamat yang sama  dari orang yang berbeda. Bahkan di satu WAG yang saya ikuti, pernah masuk  tiga ucapan yang sama dari tiga orang yang berbeda.
Begitulah. Revolusi ucapan selamat, khususnya dalam momen hari besar keagamaan telah menanamkan budaya instan dalam kehidupan kita. Budaya yang mengedepankan kepraktisan, kemudahan, dan kecepatan. Tanpa kedalaman.Â
Wasana Kata: Tentang Kemanusiaan Kita
Revolusi ucapan selamat, sebagai bagian dari revolusi komunikasi, telah mengangkat kemanusiaan kita. Dalam arti ia memudahkan dan memurahkan komunikasi. Sebab kartu ucapan lebih mahal dan merepotkan ketimbang chat.
Tapi sekaligus juga menggerus kemanusiaan kita. Dalam arti memudarkan sentuhan individual atau personal pada ucapan yang ditulis pada kartu.  Digantikan oleh  ucapan berupa chat yang bersifat massal, sama untuk semua orang.
Esensi ucapan selamat itu adalah ketulusan dan pengistimewaan kepada individu, lewat cara yang personal.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!