Itu kegiatan yang menyita waktu, tenaga, dan pikiran. Tapi, terus terang, sangat menyenangkan dan memuaskan hati.
Kenapa bisa begitu?
Karena kegiatan pengiriman kartu ucapan waktu itu bersifat individual.
Kegiatan harus diawali dengan penentuan orang-orang yang akan dikirimi kartu. Lazimnya diseleksi ketat. Hanya anggota kerabat dan sahabat yang dekat secara sosial dan emosional.
Waktu itu kami, istri dan saya, mengirim rata-rata 25 lembar kartu Natal dan 15 lembar kartu Idul Fitri per tahun.Â
Selanjutnya, pembelian kartu di toko buku atau supermarket. Gambar dan teks ucapan, termasuk bahasanya, harus dipilih berdasar gender, usia, dan status sosial individu yang akan dikirimi kartu.Â
Untuk orangtua misalnya dipilih kartu ucapan dengan gambar dan ucapan konvensional, langsung menunjuk pada nilai atau hakikat momen perayaan. Kalau Idul Fitri, misalnya, "Selamat Hari Raya Idul Fitri. Mohon lahir dan batin." Semacam itulah.
Kalau untuk sahabat muda yang masih jomlo, pilihan gambar dan ucapan bisa lebih ngepop. Bisa pilih kartu dengan gambar karikatural dan ucapan kocak.Â
Masih ada pertimbangan akhir: gengsi dan harga. Untuk orangtua atau yang dituakan, kami pilihkan kartu impor bikinan Hallmark atau American Greetings -- ini untuk kasus kartu Natal -- yang gengsi dan harganya tinggi. Untuk yang lainnya dipilh kartu produksi lokal semisal Harvest, Edwin's Gallery, dan Indoarts yang lebih murah.
Selanjutnya, penulisan ucapan tambahan dan tandatangan. Ucapan tambahan kadang diperlukan kalau dirasa teks ucapan pada kartu kurang memadai.Â
Untuk tanda tangan, ada pembedaan. Untuk semua kerabat, juga sahabat Poltak, tandatangan atas nama Poltak dan Berta. Untuk sahabat Berta, tanda tangan atas nama Berta dan Poltak. Â