Jadi, makna metaforis ungkapan aek na litok paiashon itu adalah "kita tak harus menjadi orang suci dulu baru boleh menyatakan kebenaran". Â Lelaki sintua tadi tidak perlu suci dulu baru boleh berkotbah di hadapan umat.
Sebab sekeruh apapun hatimu, sekeruh apapun pikiranmu, pasti ada kebaikan di dasarnya. Kebaikan itu akan berlipat-ganda jika dibagikan kepada  orang lain. Entah itu dalam bentuk teguran atau nasihat kepada sesama, sekadar menunjukkan sesuatu yang benar atau salah.Â
Saya juga menulis artikel ini atas prinsip aek na litok paiashon. Saya pikir, dan semoga kamu sepakat, itu lebih baik ketimbang "mengail di air keruh", bukan? (eFTe)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H