Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

[Sosiologi Kuburan] Tugu Marga, Artefak Genealogi Orang Batak Toba

8 Maret 2022   20:41 Diperbarui: 9 Maret 2022   18:44 9803
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika silsilah itu tak disepakati, maka tugu yang dibangun tidak mencerminkan nilai kesatuan/persatuan.

Kasus pembangunan Tugu Toga Raja Sitorus di Sibisa bisa menjadi contoh. Sebelum tugu itu diresmikan (1983), marga Sitorus -- Pane, Dori, Boltok kakak-beradik -- memastikan dulu marga apa tulang atau pamannya (Sagalaraja), marga apa hula-hulanya (Borbor),  marga apa dongan tubu-nya (Sirait dan Butar-butar, sesama anak Raja Mangatur), dan marga apa boru-nya (Tampubolon, Hutapea, Nadapdap).

Setelah semua marga-marga yang disebutkan itu sepakat dengan statusnya, barulah tugu dapat diresmikan melalui upacara adat. Semua pihak hadir dan dengan itu menyatakan kepastian tentang silsilah mereka, juga hubungan-hubungan kekerabatan antara mereka dalam konteks struktur Dalihan na Tolu.

Setiap tugu marga selalu menyatakan silsilah dan juga jumlah generasi marga itu.  Ambil contoh Tugu Toga Sinaga di Urat, Palipi, Samosir.  Bentuk tugu berupa segitiga sama kaki melambangkan tiga ompu (Sitolu Ompu, kakek) marga Sinaga, ketiganya anak Raja Sinaga, yaitu Bonor, Ratus, dan Uruk.

Lalu jumlah 9 anak tangga melambangkan sembilan ama (Sisia Ama, ayah) marga Sinaga.  Masing-masing tiga dari Sinaga Bonor (Pande, Tiang Nitonga, Suhut Nihuta), Sinaga Ratus (Nagodang, Sitinggi, Siongko), dan Sinaga Uruk (Hatahutan, Sibarita, Datuhurung).

ITugu Toga Sinaga di Desa Urat Palipi, Samosir (Foto:  pptsbjambi.com)
ITugu Toga Sinaga di Desa Urat Palipi, Samosir (Foto:  pptsbjambi.com)

Silsilah itu dituliskan di dinding belakang tugu, sehingga setiap marga Sinaga yang datang ke sana bisa menarik garis silsilahnya sendiri. Sekaligus menghitung dia masuk generasi keberapa. 

Saat tugu itu dibangun (1966-1970), marga Sinaga sudah mencapai generasi ke-17, dilambangkan dengan tinggi tugu 17 meter. Raja Sinaga sendiri, anak Si Raja Lontung, cucu Sariburaja adalah generasi kelima orang Batak.

Tiga: Tegaknya satu tugu marga adalah pernyataan kepatuhan pada norma sosial yang diamanatkan leluhur.

Tegaknya satu tugu marga adalah komitmen kepatuhan warga kelompok marga itu pada norma sosial, adat atau hukum, atau padan (perjanjian) yang diamanatkan leluhur. 

Sebab ada umpasa Batak mengatakan, "Tuat na dolok martungkothon sialagundi, adat manang uhum pinungkani sijolotubu diihuthon na parpudi." Artinya, "Turun dari bukit bertongkat legundi, adat dan hukum warisan leluhur dipatuhi keturunannya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun