Hanya marga yang anggotanya memiliki kekayaan besar, keturunan banyak, dan kemuliaan tinggi yang dapat membangun tugu megah untuk marga atau leluhur marganya.
Bisa dikatakan, tugu marga orang Batak adalah representasi hamoraon, hagabeon, dan hasangapon dari suatu kelompok marga Batak. Semakin megah dan mewah tugunya, berarti pertanda semakin mora, gabe, dan sangap kelompok marga pemiliknya.
Logikanya seperti itu karena biaya pembangunan tugu ditanggung oleh seluruh anggota suatu kelompok marga di seluruh dunia. Pengumpulan dana dilakukan dengan cara toktok ripe, semacam iuran dari tiap anggota marga,  dan sumbangan khusus anggota  yang sukses secara sosial-ekonomi.
Proses pengumpulan dana pembangunan tugu semacam itu berpedoman pada umpasa, ungkapan Batak, "Raja urat ni uhum, arta urat ni hosa, naposo urat ni gogo." Â Artinya: Penguasa sumber hukum, harta (pengusaha, orang kaya) sumber (biaya) kehidupan, orang muda (orang kebanyakan) sumber tenaga.Â
Intinya anggota marga yang jadi penguasa dan pengusaha diharapkan memberi lebih. Sedangkan anggota marga yang tergolong biasa memberi sesuai kesepakatan jumlah iuran, toktok ripe.
Karena itu, suatu tugu marga di Tanah Batak selalu diasosiasikan dengan anggota marga itu yang menjadi tokoh sosial-politik dan ekonomi tingkat nasional. Â Demikianlah, sebagai contoh, Tugu Si Raja Panggabean di Siatas Barita, Tarutung mengingatkan pada Jenderal Maraden Panggabean. Â
Begitu juga, Tugu Raja Panjaitan di Onan Raja, Balige mengingatkan pada Mayjen D.I. Panjaitan, Letjen Sintong Panjaitan, dan Jenderal Luhut B. Panjaitan. Tugu Raja Simanihuruk di Pangururan Samosir mengingatkan pada  Mayjen A.E Manihuruk. Tugu Toga Raja Sitorus di Sibisa, Toba mengingatkan pada pengusaha nasional D.L. Sitorus.
Artefak Modern Genealogi Batak Toba
Kemegahan dan kemewahan tugu marga Batak, dan biaya fantastis untuk pembangunannya, bisa dikatakan sebagai nilai manifes utama. Â Nilai yang dipertontonkan, untuk mengumumkan eksistensi marga, yaitu hamoraon, hagabeon, dan hasangapon-nya.
Di balik nilai manifes itu, ada nilai laten tak banyak disadari tapi justru menjadi nilai inti pada suatu tugu marga. Â Nilai yang saya maksud adalah statusnya sebagai artefak modern genealogi Batak Toba. Â