Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sosiologi Kuburan, Belajar Kehidupan dari Orang Mati

1 Maret 2022   07:00 Diperbarui: 1 Maret 2022   21:37 4203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu sudut pemakaman sektor Kristen di TPU Kampung Kandang, Jakarta Selatan (Dokumen Pribadi)

Jenis kelamin mendiang dapat diketahui dari nama. Kadang juga ada informasi tambahan seperti "suami/istri", "ayah/ibu", dan "kakek/nenek".

Status marital juga terungkap: belum menikah, menikah, dan beranak-cucu. Pada nisan kerap ditulis "RIP Suami, Ayah, Kakek Kami ...".  Atau "Beristirahat dalam Damai Ompu Poltak Doli ...". Itu mengungkap status marital, sekaligus status mendiang dalam keluarganya.

Bahkan ada kalanya informasi tentang capaian atau kedudukan sosial mendiang semasa hidupnya juga dituliskan. Semisal pangkat (polisi/tentara), gelar akademik, gelar ningrat, sampai kedudukan dalam institusi gereja (pendeta, sintua).

Lalu ada juga informasi daerah asal dan etnis. Hal itu diketahui dari data nama dan tempat lahir mendiang yang diterakan pada nisan. Dari sisi ini, Kampung Kandang adalah representasi Jakarta sebagai kota multi-etnis. Ragam etnis dari ragam pulau Indonesia ada di sana.

Di atas semua itu, dalam pandanganku, informasi yang paling menarik pada nisan-nisan itu adalah satu ayat Kitab Suci yang dipahatkan di sana. Itulah inti kehidupan mendiang yang bisa menjadi pelajaran bagi orang hidup.

Ayat-ayat Kehidupan

Ayat-ayat Kitab Suci yang diterakan pada nisan-nisan mendiang meringkas makna dan proses kehidupannya. Bisa dikatakan teks-teks pendek itu adalah "ayat kehidupan". Jalan sekaligus tujuan hidup.

Ada dua kemungkinan cara teks ayat Kitab Suci itu tertera pada nisan.

Pertama, ayat itu pilihan subyektif mendiang, sebagai penuntun utama dalam menjalani kehidupannya. Keluarganya kemudian menerakan ayat itu pada nisannya. 

Kedua, ayat itu pilihan obyektif keluarga mendiang, sebagai penggambaran kehidupan mendiang menurut pengalaman bersama anggota keluarga.  

Berjalan melintasi barisan nisan di Kampung Kandang, saya suka membaca ayat-ayat Kitab Suci yang ditatahkan di situ. Ada beragam ayat yang terbaca. Antara satu dan lain nisan selalu ada yang sama. 

Tidak mungkin bagi saya untuk mencatat semua ayat yang ada. Biarlah itu dikerjakan peneliti sosiologi, antropologi, arkeologi, dan teologi yang mungkin berminat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun