Dalam kondisi semacam itu, sebagai bentuk kritik diri, Engkong Felix akan menghapus artikel dengan dua kemungkinan lanjutan. Menulis ulang sampai layak dibagikan pada khalayak, atau campakkan ke tong sampah selamanya.
Orang bilang, menghapus artikel itu tanda gak tanggungjawab. Â Boleh-boleh saja berpendapat begitu. Â Tapi bagi Engkong Felix, jauh lebih tak bertanggungjawab jika menyuguhkan "sampah" untuk dimamah pembaca.
Pasti ada yang menyangkal Engkong dengan mengatakan bahwa setiap artikel adalah estetika eksistensi dari penulisnya. Menurut Engkong, itu benar dan hanya benar jika artikel itu dianggit mengikuti rambu logika, etika, dan estetika secara ketat.
Dengan itu saya tak hendak mengklaim bahwa artikel-artikel Engkong Felix, Kompasianer Kenthir itu, sudah pasti bukan artikel sampah yang dangkal.  Kamu punya kebebasan untuk berdiri pada posisi tertentu yang  memungkinkan kamu mengatakan ini: "Semua artikel anggitan Felix Tani itu sampah dan dangkal!"
Tapi kamu punya tanggungjawab untuk meyakinkan Felix Tani tentang batasan dan ukuran "artikel sampah dan dangkal". Itu saja. (eFTe)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H