Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Poltak #085] Tahun Baru di Rumah Pariban

11 Januari 2022   22:25 Diperbarui: 11 Januari 2022   22:32 700
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kolase foto oleh FT (Foto: kompas.com/dok. istimewa)

"Bah. Hebat kalilah kau, Poltak. Malam sama Rauli! Pagi sama Berta!"  

Poltak tak menjawab. Hanya tersenyum simpul. 

Dari mulut jalan kampung, Poltak belok kanan ke jalan raya. Mengayuh ajeg sepedanya. Laju menuju Sisorbinanga, Hutabolon.

Jalan raya Trans-Sumatera agak lengang pagi itu. Tak banyak kendaraan lewat. Mungkin karena Tahun Baru. Orang Batak berkumpul di rumah keluarga besar masing-masing.

Tanpa sadar Poltak bersiul. Melantunkan refrain lagu Mardalan Ahu Marsada-sada, gubahan Tilhang Gultom, pendiri kelompok opera Serindo. 

Serindo adalah kelompok opera Batak  tertua dan paling terkenal di Sumatera Utara. Kelompok sandiwara itu mementaskan kisah-kisah mitologis, legenda, dan sejarah Batak, berkeliling dari kota ke kota di Tanah Batak dan Sumatera Timur.

"Ulushon ulushon ulushon au alogo
 Sahat tu huta ni da tulang
 Di luat na dao
 Pos ma roha ni da tulang tibu do au ro
 Sian tano Panatapan di luat na dao"

"Bawalah bawalah bawalah aku angin
Sampai ke kampung pamanku
Di tanah yang jauh
Yakinlah paman aku segera datang
Dari kampung Panatapan di rantau nan jauh"

Poltak secara sadar telah mengganti dua kata dalam syair lagu itu. Kata inang, ibu diganti tulang, paman. Kata parjalangan, perantauan diganti Panatapan.

Terasakan cepat untuk Poltak, dia sudah tiba di mulut jalan setapak menuju rumah Berta. Rumah itu terlihat kecil di lembah Sosorbinanga sana. Jalan setapak itu menyusur diagonal tebing sampai ke dasarnya, ke badan sungai Binangabolon.

Poltak menuntun sepedanya pelan-pelan turun ke bawah.  Harus hati-hati. Kalau tidak, bisa terjun ke dasar tebing menjemput malaikat maut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun