Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Indonesia Versus Singapura, Drama Korea dengan Plot Jepang di Lapangan Hijau

27 Desember 2021   05:00 Diperbarui: 27 Desember 2021   10:50 699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Drama Korea" di Lapangan Hijau: Momen saat pemain Singapura Safuwan Baharudin mendapat kartu merah pada semifinal leg kedua Piala AFF 2020 antara Indonesia melawan Singapura [(c) AP Photo via bola.net]

Kojiro terhenyak.

"Aku tak memerlukannya! Aku tak akan pakai lagi pedang yang sudah membunuhmu!" balasnya untuk mengangkat mental yang mulai goyah.  

Dalam sebuah pertarungan singkat, Kojiro melancarkan jurus sabetan ekor walet yang meleset sekian milimeter di depan wajah Musashi. Pada saat bersamaan Musashi melompat sambil menetak cepat ubun-ubun Kojiro dengan bokken. Kojiro kalah, tewas.

Inilah kunci kekalahan Kojiro. Pertama, secara psikologis dia sudah kalah karena marah atas keterlambatan Musashi. Kedua, Musashi secara cerdik berhasil memanfaatkan silau matahari untuk menutup penglihatan Kojiro. Ketiga, untuk pertarungan itu, Musashi secara khusus telah membuat bokken yang ukurannya lebih panjang dari pedang Kojiro.

***

Laga Sabtu malam itu, dalam imajinasi saya, adalah pemanggungan kembali pertarungan Musashi dan Kojiro empat abad lalu. Hanya saja, kendati plot atau alur kisahnya Jepang, eksekusi skenarionya Drama Korea (Drakor) banget, sehingga menguras emosi penonton.  

Dalam laga itu, Indonesia tampil sebagai Musashi. Layaknya samurai anarkis itu, Tim Indonesia tampil anarkis dalam arti rendah hati, kreatif memainkan strategi, dan merusak lawan secara psikis.

Strategi andalan Tim Indonesia adalah tanpa-stategi baku. Sekilas tampak kacau-balau, tapi sebenarnya itu adalah transformasi terus-menerus selama permainan. Dari formasi bertahan ke menyerang, bertahan sambil menyerang, dan menyerang sambil bertahan. 

Pendek kata, Tim Indonesia membangun jalan sepakbolanya sendiri. Fokusnya membangun "lubang hitam" (blackhole) penyedot energi lawan di daerah pertahanan sendiri, lalu menyelusup lewat "lubang cacing" (wormhole) yang terbentuk di daerah pertahanan lawan.

Senjata utama Tim Indonesia adalah sayap kembar, semacam pedang kembar, yang lihai melancarkan tendangan "bola hidup", dan striker tunggal yang seketika bisa menjadi semacam bokken yang mematikan. 

Dengan senjata itu, bola menjadi hidup bergerak cepat dari kaki ke kaki sebelum masuk ke gawang lawan. Tiga dari empat gol Indonesia ke gawang Singapura dalam laga leg 2 dihasilkan melalui penggunaan senjata itu. Ketiganya berasal dari bola hidup. Hanya satu gol dari "bola mati", sepak pojok. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun