Kojiro terhenyak.
"Aku tak memerlukannya! Aku tak akan pakai lagi pedang yang sudah membunuhmu!" balasnya untuk mengangkat mental yang mulai goyah. Â
Dalam sebuah pertarungan singkat, Kojiro melancarkan jurus sabetan ekor walet yang meleset sekian milimeter di depan wajah Musashi. Pada saat bersamaan Musashi melompat sambil menetak cepat ubun-ubun Kojiro dengan bokken. Kojiro kalah, tewas.
Inilah kunci kekalahan Kojiro. Pertama, secara psikologis dia sudah kalah karena marah atas keterlambatan Musashi. Kedua, Musashi secara cerdik berhasil memanfaatkan silau matahari untuk menutup penglihatan Kojiro. Ketiga, untuk pertarungan itu, Musashi secara khusus telah membuat bokken yang ukurannya lebih panjang dari pedang Kojiro.
***
Laga Sabtu malam itu, dalam imajinasi saya, adalah pemanggungan kembali pertarungan Musashi dan Kojiro empat abad lalu. Hanya saja, kendati plot atau alur kisahnya Jepang, eksekusi skenarionya Drama Korea (Drakor) banget, sehingga menguras emosi penonton. Â
Dalam laga itu, Indonesia tampil sebagai Musashi. Layaknya samurai anarkis itu, Tim Indonesia tampil anarkis dalam arti rendah hati, kreatif memainkan strategi, dan merusak lawan secara psikis.
Strategi andalan Tim Indonesia adalah tanpa-stategi baku. Sekilas tampak kacau-balau, tapi sebenarnya itu adalah transformasi terus-menerus selama permainan. Dari formasi bertahan ke menyerang, bertahan sambil menyerang, dan menyerang sambil bertahan.Â
Pendek kata, Tim Indonesia membangun jalan sepakbolanya sendiri. Fokusnya membangun "lubang hitam" (blackhole) penyedot energi lawan di daerah pertahanan sendiri, lalu menyelusup lewat "lubang cacing" (wormhole) yang terbentuk di daerah pertahanan lawan.
Senjata utama Tim Indonesia adalah sayap kembar, semacam pedang kembar, yang lihai melancarkan tendangan "bola hidup", dan striker tunggal yang seketika bisa menjadi semacam bokken yang mematikan.Â
Dengan senjata itu, bola menjadi hidup bergerak cepat dari kaki ke kaki sebelum masuk ke gawang lawan. Tiga dari empat gol Indonesia ke gawang Singapura dalam laga leg 2 dihasilkan melalui penggunaan senjata itu. Ketiganya berasal dari bola hidup. Hanya satu gol dari "bola mati", sepak pojok.Â