Di padang penggembalaan, mereka menyemangati kerbau jantan yang mengawini kerbau betina. Dari situ mereka tahu, kerbau betina yang sedang masa subur rela dibuahi kerbau jantan, tanpa pandang wajah. Setelah itu, hamil dan melahirkan setelah 11 bulan.
Mereka juga belajar perbedaan pola kawin hewan. Ayam, ribut waktu kawin dan bertelur. Kerbau, kawin di tempat terbuka, melahirkan di tempat tertutup. Asu rantang-runtung sambil kawin, sendirian saat melahirkan. Kucing, heboh waktu kawin, diam-diam saat melahirkan.
Manusia? Heboh saat melahirkan, tapi kawin sembunyi-sembunyi di tempat tertutup. Mungkin itu sebabnya perlu diintip.
"Mengintip itu dosa kan, Bang Rudol?" tanya Poltak, berbisik.Â
"Tenang saja. Kau nanti bisa mengaku dosa pada Pastor Silverius. Sudah. Diam."
"Ah, percuma juga bicara dosa pada Bang Rudol," pikir Poltak.Â
Poltak teringat, sekali waktu saat mandi telanjang ramai-ramai di pancuran, Rudol bercerita sudah pernah tidur dengan dua orang pramuria. Tempatnya di sebuah hotel di Parapat.Â
Dia menceritakan detail pengalamannya. Tentang lekak-lekuk tubuh perempuan, cara gumulnya, dan sensasi nikmatnya. Poltak, Binsar, dan Bistok hanya bisa ternganga mendengar.
Penasaran, Poltak bertanya. "Bang Rudol kan sudah pernah melakukannya. Kenapa pula harus ngintip lagi."
"Memang. Tapi abang belum pernah mengintip malam pertama pengantin baru, bodat!"
Tiba di samping kamar pengantin, Bang Rudol langsung mengintip ke dalam lewat sebuah lubang di dinding papan. Rupanya dia sudah survei lubang dinding kamar siang harinya.