Jangan dikira pengantin baru tidak sadar sedang diintip. Sadar, sangat sadar. Tapi tidak bisa menghindari atau melarangnya.
Seusai pesta adat perkawinan Maruhal dan Tiominar, sebagian tetamu, Â terutama kerabat dan warga kampung Panatapan, bermalam di rumah Amani Maruhal.Â
Poltak, Binsar, dan Bistok ikut bermalam di situ. Juga Rudol, inisiator pengintipan, tentu saja.
Dini hari. Tetamu sudah lelap. Kelelahan.
"Poltak. Bangun. Ayo." Binsar berbisik di telinga Poltak, sambil menguncang-guncang tubuhnya yang dibekap lelap.
Poltak bangun. "Sst, pelan-pelan. Jangan ribut." Bang Rudol mengingatkan.
Berempat, mereka berjinjit keluar dari rumah Amani Maruhal, turun ke halaman.
"Tak salahkah kita ini?" bisik Poltak pada Bang Rudol.
"Tidak. Ini serupa kau tonton ayam, babi, atau kerbau kawin. Sudah diam mulutmu itu." Bang Rudol meyakinkan Poltak. Sekaligus menegur.
Ternak piaraan adalah guru pertama pelajaran seks bagi anak-anak Batak. Tak terkecuali Poltak, Binsar, dan Bistok.
Di halaman rumah, mereka menyaksikan ayam jantan mengawini ayam betina. Dari situ mereka tahu, ayam betina bertelur setelah dibuahi ayam jantan.Â