"Bah, apa hubungannya?"
"Adalah. Â Kalau sudah jadi calon pastor, tak bolehlah kau ngintip yang begituan. Â Dosa besar itu." Â Binsar melancarkan provokasi.
"Ah, betul kalilah itu. Â Cuma nanti malam kesempatanmu, Poltak." Bistok menekan lagi.
"Tidaklah. Kalian saja."
"Oh, begitukah? Kau mau ingkar perjanjian hariara hapuloan, ya, Poltak. Â Ingat! Kita bertiga jadi satu, satu hati, satu derita, satu rejeki." Binsar melancarkan jurus mematikan.
"Bah, bagaimana pula ini." Â Poltak bingung, garuk-garuk kepala, tak tahu lagi mesti bicara apa.
Binsar tahu Poltak sudah menyerah. Â Segera direngkuhnya bahu Poltak dari sebelah kanan. Bistok merengkuh dari kiri.Â
Kompak. Â Tiga sekawan menunggu malam pertama datang. Saat pasangan pengantin baru mengunci diri berdua di kamar.
Mengintip malam pertama itu semacam tradisi yang dilarang tidak, dianjurkan juga tidak. Kalau kepergok, orang jadi tahu. Tak kepergok juga, Â orang tahu itu terjadi. Lalu, jadi bahan guyonan.
Itu bagian dari pendidikan seks dalam komunitas Batak. Terjadi di Panatapan. Juga kampung-kampung lain di Tanah Batak umumnya.Â
Mengintip malam pertama adalah pelajaran bagi para lelaki muda. Mereka jadi tahu apa yang harus dilakukan pasangan pengantin di malam pertama. Juga jadi tahu bagaimana hal itu dilakukan.