Itu sebuah rahasia "kesamsonan" Polmer. Hanya Poltak yang tahu dan menyadarinya. Polmer sendiri bahkan tak menyadari itu.
Benar saja. Â Dengan sepasang ingus hijaunya, wajah Polmer tampak mengerikan. Ekspresinya seakan hendak mengerkah dan melumat kepala Si Gogo. Â
Sebaliknya Si Gogo mulai kehilangan konsentrasi. Â Ingus Polmer dan ekspresinya yang menyeramkan mulai mengganggunya. Kuda-kudanya mulai goyah. Cengkeramannya pada tambang perlahan mulai melonggar. Â
"Sintak!" Poltak berteriak sekeras-kerasnya.
Bersamaan dengan itu, Tim SD Hutabolon menyentak tambang dengan kekuatan luar biasa. Â Sedemikian kuatnya sentakan itu, sehingga keenanm anggota Tim SD Pardomuan depan terlontar ke depan melewati garis batas.
"Hutabolon!" teriak Poltak.
"Juara! Juara! Juara!" Murid-murid SD Hutabolon gemuruh bersorak gembira. Â SD Hutabolon meraih juara pertama pertandingan tarik tambang pada Perayaan Hari Kemerdekaan RI, 17 Agustus 1972.
Di tengah keriuhan itu, tiba-tiba Poltak melihat Polmer dan Gogo saling mendekat cepat dengan tinju terkepal. Â Kedua anak itu akan berkelahi untuk melampiaskan amarah masing-masing.Â
"Polmer! Jangan!"Â
Poltak melompat menghadang Polmer dengan tangan terentang. Niatnya mencegah perkelahian. Â Tapi terlambat. Â Bogem telah keburu dilontarkan. Â Dari arah depan, tinju kanan Polmer menerpa mata kiri Poltak. Sementara dari arah belakang, tinju kanan Gogo menerpa belakang kepalanya.Â
Poltak bagai pelanduk terinjak dua gajah beradu. Pandangannya langsung berkunang-kunang.Â