Tali tambang goni langsung meregang kencang. Kedua tim sekuat tenaga berusaha menyeret tumbang lawannya.Â
Kekuatan kedua tim masih berimbang, sampai kemudian mulut Si Gogo komat-kamit. Dia mengumpat kasar lagi pada Bistok. Â Emosi Bistok memuncak. Â Benar-benar marah. Konsentrasinya buyar, kuda-kudanya berantakan.
"Bistok! Tahan emosi!" Poltak berteriak mengingatkan. Â
Tapi sudah terlambat. Â Kuda-kuda Bistok, jangkar depan, sudah terlanjur kacau. Â Polmer, jangkar belakang, sudah kewalahan.
"Lepas!" teriak Poltak kepada Tim SD Hutabolon.
Tim SD Hutabolon mendadak melepas tali tambang. Â Tak menduga hal itu terjadi, Tim SD Pardomuan langsung tumbang berhimpitan ke belakang. Â
"Kita menang! Menang! Menang!" Murid-murid SD Pardomuan bersorak-sorai menyambut kemenangan timnya di ronde kedua.
"Poltak! Gila kau! Kenapa kau suruh lepas!" Guru Paruhum berteriak pada Poltak dengan nada bentak.
"Percuma, Gurunami. Â Buang-buang tenaga saja. Â Binsar sudah kacau. Emosi dia dikata-kasari Si Gogo itu." Â Poltak menjelaskan duduk perkara.
"Bah, rusak kita. Bagaimana ini?" Guru Paruhum tampak kebingungan setelah paham apa yang terjadi.
"Santabi, Gurunami. Â Ronde ketiga, Polmer maju jadi jangkar depan. Â Bistok mundur jadi jangkar belakang." Poltak mengusulkan strategi ganti posisi pemain.