Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Sukses Pacaran dengan Modal Seratus Rupiah

30 Agustus 2021   06:23 Diperbarui: 30 Agustus 2021   11:10 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pacaran (Foto: Antara via bisnis.com)

Hoaks. Begitu vonis orang yang gemar cuma baca judul. Makanya biasakan membaca tuntas. Tak semua yang Engkong Felix tulis itu kebenaran. Banyak juga yang kebetulan.

Modal Rp 100 alias seratus perak?  Sukses pacaran? Bagaimana bisa?

Ya, bisalah. Ini cerita paruh pertama 1970-an dari Pematang Siantar. Waktu itu kurs USD 1 adalah Rp 415. Berarti 1 sen USD adalah Rp 4.5. Sehingga  Rp 100 adalah 24 sen USD.

Apa ukuran sukses pacaran di Siantar waktu itu? Jalan-jalan, nonton bioskop, makan miso atau mipangsit, dan minum es doger. 

Pertanyaannya, bagaimana siasat memenuhi semua itu dengan modal seratus perak?

Pacaran dengan modal minimalis itu mesti banyak akal. Jangan main perasaan saja. Ujungnya bisa kecewa, lalu putus. 

Begini siasatnya. Atau, istilah sekarang ini, tip dan cara.  

Agar faktual, Engkong kisahkan saja pengalaman Poltak dan Berta kekasihnya. Mereka tinggal di Kampung Kristen, dekat Simpang Tiga dan Simpang Empat, Siantar. 

Kampung Kristen tak terlalu jauh dari pusat kota Siantar. Pusat hiburan: bioskop dan taman bunga. Bisa dijangkau jalan kaki 15-20 menit. Kalau mau sedikit manja, bisa juga naik oplet atau beca moge Siantar yang sohor itu.

Waktu pacaran yang lazim tahun 1970-an adalah malam Minggu (Sabtu malam) dan hari Minggu. Hari Minggu itu hari Tuhan. 

Pacaran malam  Minggu, banyak setannya. Pacaran hari Minggu, banyak malaikatnya. Tinggal pilih, mau ikut godaan setan atau kawalan malaikat. Pada dasarnya, sama asyiknya.

Karena punya sisa uang saku Rp 100,- di dompet, maka pasa suatu malam Minggu  di ujung bulan, Poltak mengajak Berta nonton bioskop besok paginya, hari Minggu. Namanya dimabuk cinta, Berta "ho oh" saja.

Poltak mengajak nonton Minggu pagi sebab itu jam Matine Show. Tiket super murah, hanya Rp 50 per orang. Kalau jam normal tiket Rp 100 (kelas kambing), Rp 150 (kelas satu), dan Rp 200 (lose).

Nonton Minggu pagi, berarti bolos ke gereja. Tak mengapalah. Namanya juga anak muda sedang berkasih-kasihan. Tuhan pasti maklumlah.

Tiba hari Minggu pagi, agar romantis, Polrak mengajak Berta jalan kaki saja ke bioskop. Dan jadilah seperti itu. Berdua jalan kaki sambil bergandeng tangan mesra.

Itulah yang mengilhami lagu "Sepanjang Jalan Kenangan" yang dipopulerkan Tetty Kadi. 

Tiba di Bioskop Riang, film sudah main 15 menit yang lalu.  Tak ingin kemesraan cepat berlalu, acara jalan kaki dilambat-lambatkan tadi. 

Karena sudah telat 15 menit, Poltak tak perlu beli tiket ke loket. Dia cukup mengangsurkan uang Rp 50 kepada penjaga pintu bioskop. Beres,  Poltak dan Berta bisa masuk nonton . Tiketnya jadi Rp 25 per orang.

Sebenarnya itulah tujuan Poltak berlambat-lambat jalan kaki. Efisiensi pemanfaatan modal pacaran. Harusnya bayar Rp 100 untuk nonton berdua. Karena telat 15 menit, cukup bayar Rp 50.  Masih sisa modal Rp 50.

Bioskop memutar film nasional. Tak perlu diceritakan judul dan ceritanya. Sebab bagi Poltak dan Berta, bukan cerita film itu yang penting. Tapi cerita tentang mereka duduk berimpitan berdua di ruang gelap. (Kau pasti tahu apa yang kumaksud, bukan?)  

Bubar nonton, Poltak mengajak Berta cengkerama ke Taman Bunga,  di seberang Bioskop Riang. Ingat, Poltak masih punya modal Rp 50, bukan?

Di Taman Bunga itu, Poltak mentraktir Berta makan miso. Semangkok miso harganya Rp 20. Berati Rp 40 untuk dua mangkok. 

Masih ada sisa modal Rp 10. Poltak memesan dua gelad es doger. Harganya Rp 5 per gelas.

Habis nonton berdua, lalu duduk berduaan di taman bunga, menikmati miso dan es doger, adakah yang lebih romantis manis dari itu? 

Hari itu hari Minggu, hari Tuhan. Taman Bunga penuh malaikat, atau mungkin peri cinta. Pacaran aman dan nyaman. 

Kalau malam Minggu, Taman Bunga itu penuh setan. Pacaran menjadi panas dan ganas. Banyak pasangan yang suka itu. Poltak dan Berta tak terbilanglah di situ.

Puas nonton, walau lupa cerita film, kenyang makan miso dan minum es doger, hatipun senang, walau tak punya uang lagi. Orang senang gampang diajak jalab kaki. Begitulah, Berta "ho oh" saja diajak pulang jalan kaki lagi. Bergandeng tangan, mesra, tentu saja.

Nah, terbukti sudah, dengan modal Rp 100, Poltak sukses pacaran dengan Berta di suatu hari Minggu. (Celakalah kamu, hai orang yang bebal, bila masih tidak percaya juga.)

Barangkali ada yang iseng berkhayal. Kalau sekarang seorang perjaka punya modal 4.5 sen USD, apakah bisa sukses pacaran seperti Poltak tahun 1970-an.  

Hitung saja. Rp 100 pada paruh pertama 1970-an adalah 25 sen USD. Pada kurs USD 1 sama dengan  Rp 15,000 sekarang ini, maka 25 sen USD adalah Rp 3,600.

Apakah mungkin sukses pacaran hari ini dengan modal Rp 3,600. Entahlah. Mungkin kita bisa tanyakan pada Acek Rudy. Barangkali saja dia punya tip sukses pacaran swalayan dengan modal Rp 3,600. (eFTe)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun