Ini kisah semasa  SMA dulu, ya, dulu sekali. Engkong Felix disoraki teman-temannya, "Orang gila!" Selidik punya sidik, ternyata di punggungnya ada tertempel kertas bertuliskan  "SEDANG GILA".
Apakah Engkong Felix  benar-benar gila? Tentu, tidak. Tapi jelas ada orang "gila" yang telah menempelkan kertas risakan di punggungnya. Itu candaan taklucu anak SMA. Untunglah ada yang ketawa. Dasar anak-anak gendheng.
Pertanyaan serupa di atas bisa ditujukan kepada Dinar Candy. Di instagramnya,  dia mengunggah aksinya berbikini merah pada 3 Agustus 2021 di pinggir seruas jalan di Lebakbulus, Jakarta Selatan. Dia tampil  memegang kertas karton lebar bertuliskan "SAYA STRES KARENA PPKM DIPERPANJANG".
Apakah Dinar benar-benar stres? Mestinya, tidak. Aksinya itu berencana. Dilakukannya dengan kesadaran penuh. Katanya untuk konten instagramnya yang berhaluan barbar-seksi. Â Contoh barbar-seksi, ya, berbikini merah di pinggir jalan. Kurang puas? Â Intip sendiri instagramnya, sono. Â Engkong gak tertarik!
Dinar itu tak benar-benar stres. Â Dalam arti, dia tak sampai keliaran berkini di jalanan. Â Tapi aksinya itu "keren". Punya intensi menyuarakan stres warga lapisan bawah dengan cara seksi. Stres karena periuk nasi warga pas-pasan terjungkal. Â Itu konsekuensi pembatasan oleh segala versi PPKM dan PSBB.
Dinar  sedang berempati pada rakyat kecil. Dia sendiri merasa ngap. Sebagai seorang DJ dia tak bisa kerja.  Sebab PPKM melarang operasi tempat hiburan malam.Â
Pikirnya, warga kecil juga pasti ngaplah, Â bahkan mungkin stres juga. Â Karena mereka tak bisa asongan, dagang kakilima, dagang keliling, warungan, memburuh, dan lain-lain. Ekonomi mereka kan bersifat harian. Sehari tak kerja, ya, langsung ambruklah.
Optimisme makro dan pesimisme mikro
Memang, tanggal 5 Agustus 2021 lalu,  BPS baru saja merilis laporan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2021.  Katanya tumbuh  7.07% dibanding 2020 lalu. Atau 3.31% jika membanding antar Triwulan II dan 3.0% jika membanding antar Semester I.  Itu jelas angka-angka yang menawarkan optimisme makro. Harus disyukurilah, ekonomi nasional taktersungkur.Â
Tapi angka-angka itu harus dibaca secara kritis. Dari sisi produksi, penyumbang tertinggi pertumbuhan adalah usaha transportasi dan pergudangan (25.10%, perbandingan antar tahun), informasi dan komunikasi (7.78%, perbandingan antar Semester I), dan pertanian, kehutanan, dan perikanan (12.93%, perbandingan antar Triwulan II). Â
Sementara dari sisi pengeluaran, penyumbang terbesar adalah ekspor barang dan jasa (31.78% antar tahun, 18.51& antar Sementer I) dan konsumsi pemerintah (29.07% antar Triwulan II).
Apa artinya itu? Â Jelas bahwa pertumbuhan terjadi pada kegiatan ekonomi formal skala menegah dan besar. Â Bukan pada kegiatan ekonomi skala mikro dan informal, ekonomi rakyat bawah.
Faktanya, di masa pandemi Covid-19, .jumlah pengangguran dan penduduk miskin bertambah. Â Sampai Agustus 2020 misalnya, BPS jumlah pengangur baru bertambah sebesar 2.67 orang. Â Mereka kehilangan pekerjaan karena terdampak pandemi. Â Angka ini bersambung pada peningkatan jumlah penduduk miskin menjadi 27.55 juta orang (10.19%) Â per September 2020. Jumlahnya naik 2.67 orang (10.73%) dibanding September 2019.
Karena itu di aras mikro, khususnya di lingkungan warga lapisan bawah, Â ada pesimisme mikro. Pesimisme yang lahir dari kehilangan pekerjaan dan usaha akibat penerapan PSBB, PPKM Mikro, PPKM Darurat dan PPKM Level-4.Â
Memang ada bansos untuk mereka. Â Tapi, kalaupun sampai ke tangan warga, itu sifatnya "ganjal darurat". Â Tak bisa menggantikan pekerjaan dan atau usaha yang hilang.Â
Bagi rakyat kecil, di masa pandemi Covid-19, kehilangan mata pencaharian semudah membalik telapak tangan. Mendapatkan mata pencaharian baru, sesukar mencari jarum di tumpukan jerami. Dan soal itu jelas bikin stres.
Protes yang seksi, cerdas, dan aman
Per 4 Agustus 2021, hanya selang sehari setelah aksi bikini merah itu, berdasar aduan seseorang, Dinar ditetapkan Polres Jakarta Selatan sebagai tersangka "pelanggaraan atas dugaan tindak pidana pornografi" (Pasal 36 UU Pornografi Nomor 44/2008). Ancaman hukumannya 10 tahun penjara atau denda Rp 5 miliar.Â
Itu berlebihan. Pelapor berlebihan dan Polres juga berlebihan (over-reaktif) langsung menetapkan Dinar sebagai tersangka. Mestinya kasus itu bisa dilihat dari sisi yang berbeda. Tidak dari sisi pornografi, tapi dari sisi kebebasan menyatakan pendapat.
Aksi Dinar itu sangat inovatif sebagai mode protes sosial. Â Aksi bikini merah di pinggir jalan itu tergolong protes yang seksi, aman, dan cerdas. Â
Seksi tapi takvulgar. Â Karena tubuh Dinar, sejauh foto yang beredar, Â sebenarnya tersembunyi di balik karton besar. Karton itu dipegang di depannya menutupi badan dari leher sampai dengkul. Kecuali seseorang iseng melihat dari samping atau belakang, barulah tampak tubuh berbikini merahnya. Â
Aman karena sesuai prokes Covid-19. Â Dinar sendirian, menggunakan masker dan kacamata hitam. Â Jalanan juga gak rame-rame banget. Â Tak ada orang berhenti atau berkerumun menonton aksinya.
Cerdas karena efektif, baik secara simbolik maupun politik.  Tampil berbikini di pinggir jalan adalah pernyataan simbolik tentang keinginan untuk bebas.  Merdeka dari keadaan stres akibat  pandemi Covid-19.  Termasuk keinginan  lepas dari kungkungan prokes Covid-19. Secara  spesifik mau lepas dari bekapan PPKM Level-4 yang "terpaksa" dilakukan pemerintah untuk menekan pandemi.
Secara politik, aksi berbikini merah Dinar itu efektif. Â Di satu sisi langsung mengundang reaksi publik, baik yang pro maupun yang kontra dan kemudian mengadukannya ke polisi. Â Di sisi lain menyuarakan jeritan rakyat kecil yang hidupnya semakin memburuk akibat terdampak pandemi.
Aksi bikini merah Dinar jelas lebih cerdas ketimbang aksi demo mahasiswa protes PPKM Darurat  di Bandung tempo hari (21/7/2021). Demo itu melanggar prokes Covid-19.  Berkerumun, takada jarak, pakai masker amburadul, bikin macet, dan mengganggu ketertiban umum. Sudah benar tindakan polisi menangkapi biang onarnya.
Aksi Dinar itu jauh lebih terpuji ketimbang ujaran-ujaran politisi dan dan aktivis sosial oposisi yang selalu mendiskreditkan pemerintah atas pandemi Covid-19.  Menebar hoaks bahwa  Presiden Jokowi membunuh rakyat dengan senjata Covid-19, memaksakan vaksinasi yang bisa bikin mati, berbohong karena Covid-19 takada, melarang kegiatan ibadah, dan gagal melindungi rakyat dari kematian. Â
Tapi sebagian orang berpikiran sempit rupanya lebih tertarik memelototi tubuh berbalut bikini merah. Â Lalu, karena jakunnya naik-turun, langsung berteriak, "Pornografi!" Â Mereka tak bisa menangkap makna simbolik dari tubuh berbalut bikini itu. Sesuatu yang sedang dinyatakan dengannya, yaitu keinginan mendalam untuk bebas dari kondisi tertekan secara fisik dan sosial akibat pandemi Covid-19.
Politik tubuh perempuan
Ketimbang memperkarakan Dinar Candy, apakah tak sebaiknya polisi memperkarakan para politisi dan aktivis oposan penebar narasi-narasi destruktif itu? Kalau mereka berlindung di balik pasal  kebebasan berpendapat, bukankah Dinar Candy juga berhak mengatakan hal serupa?
Tubuh perempuan adalah kekuatan politik laten. Â Dia bisa menjadi kekuatan manifes yang efektif di kala terjepit, saat kuasa politis kaum laki sudah impoten. Â
Dinar hanya memanfaatkan kekuatan tubuh perempuan untuk menyuarakan aspirasi sosial dan politiknya. Â Itu memang bukan sesuatu yang sepenuhnya baru.Â
Ibu-ibu Desa Sigapiton, Toba misalnya tahun 2019 (12/9/2019) pernah telanjang di depan buldozer  yang hendak meratakan tanah adat mereka. Itu bentuk perlawanan terhadap Badan Otorita Pariwisata Danau Toba yang mereka nilai telah merampas paksa tanah adat mereka untuk dijadikan komplek obyek wisata  The Nomadic Kaldera Toba Escape.
Kasus lain, tahun 2020 (12/5/2020) kaum ibu Desa Mio, Amanuban Selatan NTT Â telanjang dada di hadapan Gubernur NTT Viktor B Laiskodat. Â Itu bentuk bentuk protes mereka atas rencana relokasi warga desa oleh pemerintah setempat yang belum mencapai kesepakatan.
Seperti kasus Sigapiton dan kasus Mio yang mendorong pemerintah untuk segera menemukan solusi atas masalah, seharusnya kasus Dinar Candy juga mendorong pemerintah pusat dan daerah untuk bekerja lebih gigih dan jujur, bersama rakyat yang sadar, untuk mengalahkan pandemi Covid-19. Â
Aksi bikini merah Dinar Candy seharusnya mencerahkan, menginspirasi pemerintah dan masyarakat, bahwa ketahanan mental masyarakat sudah hampir menyentuh batas toleransi. Â
Ibarat orang terendam banjir, permukaan air sudah sampai di bawah bibir. Â Sedikit saja riak datang, maka dia akan langsung tenggelam. Â
Begitupun dengan pandemi ini. Â Sedikit lagi tambahan waktu pembatasan sosial, apapun namanya itu, karena pandemi tak kunjung reda, maka batas toleransi mental akan terlampaui. Â Lalu kita akan mendapatkan masyarakat yang menderita stres mental.
Karena itu, ketimbang memperkarakan Dinar Candy, pemerintah dan kita yang masih punya pikiran waras, selayaknya berterimakasih kepadanya. Â Dia sudah mengorbankan tubuhnya untuk mendorong pemerintah dan rakyat agar berjuang keluar dari tekanan pandemi Covid-19. Â
Kepada para penghujat, penista, dan pelapor Dinar Candy, ada satu pertanyaan untuk kalian: Â Apa yang telah kalian lakukan untuk mendukung pemerintah dan rakyat agar dapat keluar dengan selamat dari cekaman pandemi Covid-19? (eFTe)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H