Pagi-pagi, sebelum Guru Paruhum masuk kelas, murid-murid kelas empat sudah riuh oleh perdebatan jumlah gigi manusia dan kerbau.
"Tak mungkinlah jumlah gigi kerbau sama dengan jumlah gigi manusia! Kan, rahangnya jauh lebih besar!" Â Jonder bersikeras. Â Di kubunya ada Adian dan Togu.
"Ukuran giginya juga besar! Â Bukan macam gigi kau itu!" Poltak berargumen. Â Di kubunya ada Binsar dan Bistok.
Itu perdebatan antara anak Panatapan dan anak Sorpea. Â Anak-anak lainnya jadi penonton. Mengompori dan menikmati perdebatan.
"Kalau bukan tigapuluhdua, lalu berapa jumlah gigi kerbau!" tanya Poltak menantang. Â
Dalam pelajaran Ilmu Hayat, Guru Paruhum mengajarkan jumlah gigi manusia tigapuluhdua. Â Di rahang atas dan bawah, kiri dan kanan, terdapat seluruhnya 12 geraham besar, 8 geraham kecil, 4 taring, dan 8 gigi seri.
"Lebih banyaklah pokoknya dari jumlah gigimu!" Â jawab Jonder sengit. Â "Kau pernah hitung jumlah gigi kerbau?"
"Pernahlah! Makanya aku tahu jumlahnya tigapuluhdua!" Â Poltak tak kurang sengit pula.
"Oi! Diamlah kalian itu. Â Pusing aku. Â Sakitlah gigiku." Â Polmer melerai sambil mengeluh. Â
"Anak-anak, ada apa kalian ribut?"  Guru Paruhum tiba-tiba saja sudah ada di pintu kelas.  Bertanya sambil  menyapukan pandangan ke seluruh muridnya.
"Gigi Polmer, eh, gigi kebau, Gurunami." Alogo menjelaskan. "Kata Poltak jumlah gigi kerbau tigapuluhdua. Â Kata Jonder lebih dari tigapuluh dua."